Bismillah
Hari ini saya dan keluarga menghadiri acara pernikahan saudara sepupu. Sudah lama saya tidak menghadiri acara seperti ini, di gedung. Biasanya, karena saya tinggal di kampung, acara hajatan dilaksanakan di rumah, bukan di gedung. Jadi, saya seperti terkena culture shock.
Bagaimana tidak shock? Yang pertama, banyak perempuan cantik yang dengan santainya mengumbar aurat. Rok pendek, baju transparan. Sungguh tidak nyaman dilihat. Inginnya sih, tidak melihat. Tapi ya, bagaimana, lha wong ada di depan mata. Masak mau nunduk terus?
Kedua, sedih ya, melihat saudara-saudara kita yang berhijab, tapi makan sambil berdiri. Memang sih, kursi yang tersedia sangat minim. Tapi itu bukan alasan untuk makan sambil berdiri, kan? Banyak juga kok, yang sampai lesehan di lantai, demi bisa makan sambil duduk. Karena Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menganjurkan kita untuk makan dan minum sambil duduk.
لايشربن ءحدمنكم قاءما
"Janganlah salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri." (HR. Muslim)
Ketiga, tambah miris hati ini, melihat para tamu berdesak-desakan, saling dorong, saat antre untuk mengambil makanan. Bahkan banyak juga yang tidak mau antre, alias menyela di tengah-tengah antrean. Padahal sebagian besar mereka berhijab. Berarti mereka muslim. Ini memang lumrah terjadi di mana-mana. Tidak hanya di tempat hajatan seperti ini. Mengapa bisa begitu? Salah satu sebabnya, mungkin, dulu ketika sekolah, tidak ada pelajaran mengantre. Dulu. Entah, kalau sekarang. Semoga pelajaran etika dan adab-adab pergaulan juga menjadi perhatian dalam kurikulum sekolah.
Keempat, rasanya ingin menangis, melihat sisa makanan yang begitu banyak di piring-piring bekas makan para tamu. Tega sekali mereka membuang-buang makanan, di saat banyak saudara kita yang tidak bisa makan, seperti di Rohingya. Mengapa mereka mengambil makanan tidak sesuai dengan kebutuhan? Indikasi apakah ini? Rakus, atau gengsi? Gengsi katanya, kalau makan sampai piringnya bersih. Kelihatan banget laparnya, begitu?
Ooh, mungkin mereka belum tahu bahwa makanan yang ada di piring kita itu harus dimakan sampai bersih, tak bersisa, karena kita tidak tahu di makanan manakah yang mengandung berkah. Jadi, supaya mendapat berkah, kita harus menghabiskan makanan yang sudah kita ambil. Seperti sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ini:
انكم لا تدرون في ءي طعامكم البركة
"Sesungguhnya kalian tidak tahu di makanan kalian mana terdapat berkah." (HR. At Tirmidzi)
Oleh karena itu, ambillah sesuai kebutuhan.
Selain itu, kita disunnahkan untuk mulai makan dengan mengucap bismillah, makan dengan tangan kanan, dan mengambil makanan yang terdekat dengan kita.
ياغلام، سم الله وكل بيمينك وكل ممايليك
"Wahai anak, ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah yang terdekat denganmu." (HR. Al Bukhari)
Satu lagi kebiasaan Rasulullah ketika makan adalah beliau tidak makan sambil bersandar.
ءني لااكل متكءا
"Sesungguhnya aku tidak makan dalam keadaan bersandar." (HR. Al Bukhari)
Hikmah dari kebiasaan Rasulullah ini, ternyata kalau makan dengan bersandar itu akan memperbesar lambung, sehingga tidak segera merasa kenyang. Jadi, makanan yang dikonsumsi lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya, kita jadi mudah gemuk.
Itulah sedikit adab makan yang dicontohkan Rasulullah. Semoga kita bisa meneladaninya, agar kelak bisa mendapatkan syafaat beliau. Aamiin ya rabbal'aalamiin.
No comments:
Post a Comment