Wednesday, July 31, 2024

Citaku Citamu, Cita Kita

Bismillah


Apa cita-cita anak-anakku? 
Pertanyaan itu membuatku merasa sangat bersalah. Apa pasal? Aku merasa, anak-aankku tidak bisa merumuskan sendiri cita-citanya karena kami mengharuskan mereka untuk masuk pesantren semua. 



Hal itu bermula dari cita-cita kami, orang tuanya, yang ingin menjadikan mereka para penghafal Al-Qur'an. Kami ingin mereka menghafal Al-Qur'an terlebih dahulu sebagai bekal mereka, seperti para ulama dan cendikiawan Islam dahulu, dan seperti anak-anak Gaza yang telah hafal Al-Qur'an sebelum mereka mempelajari ilmu pengetahuan yang lain.
 
 
 
Walaupun demikian, masing-masing anak boleh memiliki cita-cita sendiri, di luar menghafal Al-Qur'an. Cita-cita saat mereka kecil, ternyata berubah setelah mereka dewasa dan tahu bagaimana jalan mewujudkan impian itu.



Misalnya si sulung. Ketika SMA, dia bercita-cita ingin menjadi duta besar, bisa berkeliling dunia. Dia pun sempat bertanya-tanya kalau duta besar kuliahnya ambil jurusan apa. Hubungan Internasional, tentu saja. Lalu, dia pun Googling apa saja yang dipelajari di sana. Setelah tahu bahwa di sana banyak mempelajari politik, dia pun mundur teratur dan berganti haluan. Manajemen bisnis. Alhamdulillah sudah lulus.


Anak nomor dua, sejak kecil tertutup sehingga kami pun tidak tahu apa cita-citanya. Menjelang kuliah, sempat terungkap ingin kuliah di jurusan akuntansi. Tapi atas masukan dan saran dari Abinya, akhirnya tidak jadi akuntansi. Lalu, dia pun memutuskan untuk ambil jurusan agroteknologi. Kami pun searching,  kampus mana saja yang ada jurusan tersebut. Alhamdulillah, diterima di Universitas Pajajaran, Jatinangor.



Anak ketiga, dulu saat kecil ingin menjadi profesor, ilmuwan. Seharusnya, saat SMA dia mengambil jurusan IPA. Qadarullah di pesantrennya hanya ada jurusan IPS. Ketika ditawari pindah pesantren, dia tidak mau. Sekarang sedang pengabdian dan belum tahu nanti mau kuliah di jurusan apa. 



Dia sempat cerita ingin melanjutkan ke jurusan hukum, tetapi juga ingin belajar tafsir. Kalau tafsir, dia ingin melanjutkan ke pesantren, bukan ke perguruan tinggi. Apa pun cita-citanya, kami, orang tua, hanya bisa mendoakan semoga Allah memberikan yang terbaik. Memang, Abinya membebaskan anak-anak untuk mengambil jurusan apa saja, yang penting menghafal Al-Qur'an terlebih dahulu. Dan semoga mereka tetap istiqamah menghafal dan memurojaah Al-Qur'an, juga mengamalkan dan mendakwahkannya. 



Sedangkan anak keempat bercita-cita ingin menjadi ulama dan melanjutkan kuliah ke Universitas Islam Madinah. Semoga Allah ridhoi dan mudahkan jalannya, aamiin.



Bagaimana dengan si bungsu? Kalau yang ini, lebih terbuka dan suka bercerita. Katanya dia ingin menjadi hafidz Qur'an dan pelukis. Pelukis yang islami, insyaaAllah. Walaupun agak di luar dugaan dan ekspektasi, tapi nggak apa-apa lah. Semoga nanti akan berubah menjadi profesi yang lebih bermanfaat.



Semoga Allah kabulkan cita-cita mereka yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan juga bagi umat Islam, aamiin yaa mujibassaailin ๐Ÿคฒ๐Ÿป.

Tuesday, July 30, 2024

Festival Kurikulum Merdeka 7



Bismillah 


Malam ini dan kemarin (29-30 Juli 2024) adalah malam Festival Kurikulum Merdeka 7. Namun, saya hanya bisa mengikuti yang kemarin. Malam ini, qadarullah ada webinar lain tentang pembuatan ebook. Tapi, alhamdulillaah ada rekamannya, jadi bisa dilihat nanti.



Alhamdulillah, banyak ilmu yang bisa kita dapatkan dari Festival Kurikulum Merdeka 7 ini. Acara ini merupakan sharing contoh-contoh praktik baik yang sudah dilakukan oleh guru-guru yang mengikuti program Sikur. Ternyata, ada tersendiri programnya. Dan, setelah melihat hasil karya mereka, saya jadi ingin ikut program pembelajarannya juga. Semoga nanti bisa belajar di sana.



Malam ini ada 6 guru yang mempresentasikan hasil praktik baik mereka. Semuanya bagus, kreatif, dan inovatif. Dan, MaasyaaAllah, yang sedang saya butuhkan ada juga. Apa itu? Ice breaking dan games. Iya, saya sedang mencari cara agar kelas saya lebih hidup dan tidak monoton. 



Materi pertama adalah "Trik Ice Breaking Supaya Tidak Garing", disampaikan oleh Bapak Rusman dari Wajo, Sulawesi Selatan. 


Menurut beliau, ice breaking yang menarik dan tidak garing itu harus mengandung unsur-unsur berikut:
1. Kompetisi 
    Kompetisi ini bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Ice breaking yang bersifat kompetisi biasanya menarik dan membuat siswa penasaran, juga merasa tertantang. 



2. Sanksi 
     Dalam ice breaking ini, harus ada sanksi bagi yang kalah. Sanksinya harus yang positif, yaitu tidak mengandung kekerasan atau pelecehan seksual. Contoh sanksinya adalah bisa menyanyi, membaca puisi, akting/pantomim, menjawab soal, mengambil dan membuang sampah ke tempatnya, atau menjelaskan materi pelajaran sebelumnya.



3. Hadiah
     Hadiah bagi yang menang tidak melulu berupa materi, tetapi bisa berupa pujian, tepuk tangan, nilai tambah, bebas dari tugas (dikurangi tugasnya), atau diberi hak istimewa.


4. Refleksi 
     Setelah ice breaking perlu diadakan refleksi, bagaimana kesan para siswa, atau bagaimana dampak ice breaking itu dalam meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa.



5. Berbeda
    Jangan memberikan ice breaking yang itu-itu saja. Berikan ice breaking yang berbeda-beda sehingga siswa tidak bosan. Ice breaking yang diulang-ulang juga akan menjadikannya tidak menarik. 



Materi yang lainnya adalah tentang MPLS Anti Garing dengan "How do you know me?" yang disampaikan oleh Ibu Yoga Angelina, S.Pd. 


Praktik baik yang dilakukan adalah, saat MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah), bukan guru yang memperkenalkan diri, tetapi siswa yang diminta untuk memberitahukan sejauh mana mereka sudah mengenal gurunya. Teknisnya, siswa dibagi kertas dan diminta untuk menuliskan apa yang mereka ketahui tentang kita. 



Setelah itu, kegiatan berikutnya adalah "Ask Me Anything". Pada kegiatan ini, siswa diminta berbaris dalam satu barisan. Kemudian siswa dipersilakan untuk bertanya kepada guru tentang apa saja. Siswa yang berada paling depan menjadi siswa yang pertama kali mengajukan pertanyaan. Kemudian diikuti oleh siswa yang berada di belakangnya.



Permainan ini bermanfaat untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam bertanya. Selain itu, kegiatan ini juga bisa menjadi latihan untuk membuat pertanyaan yang baik dan benar, menggunakan kata tanya yang tepat. Menurut pengalaman Ibu Elin (panggilan Bu Yoga Angelina), ternyata masih banyak siswa yang belum tahu cara bertanya yang baik dan benar. Oleh karena itu, kegiatan ini sekaligus bisa dijadikan sebagai asesmen awal untuk mengetahui kemampuan siswa.



Itulah di antara materi yang dipresentasikan pada Senin malam kemarin. 

Monday, July 29, 2024

Nostalgia 2 (lanjutan)




"Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan."



Bismillah


Nostalgia ini terasa kurang, karena tidak bersama dia yang dulu membersamai kita. Ya, saya ikut family gathering ini, seperti biasa, tidak dengan suami. Hanya dengan anak-anak. Biasanya, anak-anak terkecil yang ikut, karena yang besar berada di pondok. Tapi sekarang terbalik. Anak-anak terkecil sedang di pondok, jadi yang ikut yang besar-besar, yang sedang libur kuliah dan tidak mondok lagi, kecuali Hakim yang sedang pengabdian. Alhamdulillah dia bisa izin.



Iya, suami belum pernah mau ikut family gathering. Begitu juga kalau ada acara rihlah dengan teman-teman ngaji, dia tidak pernah ikut. Padahal teman-teman yang lain selalu beserta suaminya. Tapi, tak apa lah. Kita maklumi saja. Lha wong maunya begitu. Yang penting, saya dan anak-anak diizinkan untuk pergi. Alhamdulillaah.



Di acara ini,kami sekeluarga harus selalu berpartisipasi dalam semua kegiatan yang dilaksanakan, termasuk games. Alhamdulillah, anak-anak mau bergabung. Tadinya saya khawatir kalau Hakim tidak bisa berbaur dengan bapak-bapak dan anak-anak lainnya. Tapi, alhamdulillaah, dia semangat mengikuti semua lomba dan semuanya dapat juara. Justru kakaknya yang perempuan, hanya ikut beberapa lomba, tidak semuanya. Tak apa lah.



Momen paling senang saat itu adalah ketika melihat Hakim main futsal. Ternyata dia jago juga. Dan, saya sempat melihat saat dia mencetak gol. Senyumnya langsung terkembang, cenderung tertawa, sih, begitu gol tercetak. MaasyaaAllah baarakallahu fiik. Walaupun akhirnya cuma juara 3, tapi sudah sangat bagus. Apalagi kalau dipikir bahwa baru hari itu dia bertemu teman-teman satu kelompoknya dan langsung bisa kompak. Dan, teman-teman sekelompoknya adalah bapak-bapak. Hebat,Mas Hakim ๐Ÿ˜.



Bagaimana dengan games ibu-ibu? Alhamdulillah, tidak kalah seru dengan bapak-bapak. Di sini, kami bahagia, bisa tertawa lepas, bisa saling meledek. Di sini kami yang juara, kami yang mendapat hadiah. Biasanya, kami hanya menjadi juri dan membagikan hadiah kepada para siswa. Hari ini, kamilah juaranya๐Ÿ…๐Ÿ†. Alhamdulillaah




Banyak bersyukur, memang, selama saya mengajar di AHIS. Banyak sekali keuntungan dan manfaat yang saya dapatkan, baik moril maupun materiil. Seperti malam itu, saat pembagian door prize. Alhamdulillaah, saya mendapatkan voucher Indomaret sebesar 550k. Pas banget dengan jumlah anak saya, 5. Yang 50 buat uminya.



Setiap pembagian hadiah seperti ini, kami selalu berpikir, bahwa Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Tapi, tetap saja, hawa nafsu manusia sering membuatnya lupa. Saya pun sempat pengen mendapatkan air cooler. Tapi ternyata, Allah memberikan yang saya butuhkan untuk bisa mengirim makanan untuk Mufid dan Nafa. Jadi, Allah berikan saya voucher. Alhamdulillaahilladzii bini'matihi tathimussolihaat. Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kaudustakan?

MaasyaaAllah, alhamdulillaah. Bisa menginap gratis di hotel, makan enak , tidur enak, jalan-jalan ke Lembang, dapat hadiah lomba, masih dapat door prize juga. Terima kasih AHIS, terima kasih ya Allah, nikmat-Mu sungguh banyak. Jadikan kami hamba-Mu yang pandai bersyukur.