Apa cita-cita anak-anakku?
Pertanyaan itu membuatku merasa sangat bersalah. Apa pasal? Aku merasa, anak-aankku tidak bisa merumuskan sendiri cita-citanya karena kami mengharuskan mereka untuk masuk pesantren semua.
Hal itu bermula dari cita-cita kami, orang tuanya, yang ingin menjadikan mereka para penghafal Al-Qur'an. Kami ingin mereka menghafal Al-Qur'an terlebih dahulu sebagai bekal mereka, seperti para ulama dan cendikiawan Islam dahulu, dan seperti anak-anak Gaza yang telah hafal Al-Qur'an sebelum mereka mempelajari ilmu pengetahuan yang lain.
Walaupun demikian, masing-masing anak boleh memiliki cita-cita sendiri, di luar menghafal Al-Qur'an. Cita-cita saat mereka kecil, ternyata berubah setelah mereka dewasa dan tahu bagaimana jalan mewujudkan impian itu.
Misalnya si sulung. Ketika SMA, dia bercita-cita ingin menjadi duta besar, bisa berkeliling dunia. Dia pun sempat bertanya-tanya kalau duta besar kuliahnya ambil jurusan apa. Hubungan Internasional, tentu saja. Lalu, dia pun Googling apa saja yang dipelajari di sana. Setelah tahu bahwa di sana banyak mempelajari politik, dia pun mundur teratur dan berganti haluan. Manajemen bisnis. Alhamdulillah sudah lulus.
Anak nomor dua, sejak kecil tertutup sehingga kami pun tidak tahu apa cita-citanya. Menjelang kuliah, sempat terungkap ingin kuliah di jurusan akuntansi. Tapi atas masukan dan saran dari Abinya, akhirnya tidak jadi akuntansi. Lalu, dia pun memutuskan untuk ambil jurusan agroteknologi. Kami pun searching, kampus mana saja yang ada jurusan tersebut. Alhamdulillah, diterima di Universitas Pajajaran, Jatinangor.
Anak ketiga, dulu saat kecil ingin menjadi profesor, ilmuwan. Seharusnya, saat SMA dia mengambil jurusan IPA. Qadarullah di pesantrennya hanya ada jurusan IPS. Ketika ditawari pindah pesantren, dia tidak mau. Sekarang sedang pengabdian dan belum tahu nanti mau kuliah di jurusan apa.
Dia sempat cerita ingin melanjutkan ke jurusan hukum, tetapi juga ingin belajar tafsir. Kalau tafsir, dia ingin melanjutkan ke pesantren, bukan ke perguruan tinggi. Apa pun cita-citanya, kami, orang tua, hanya bisa mendoakan semoga Allah memberikan yang terbaik. Memang, Abinya membebaskan anak-anak untuk mengambil jurusan apa saja, yang penting menghafal Al-Qur'an terlebih dahulu. Dan semoga mereka tetap istiqamah menghafal dan memurojaah Al-Qur'an, juga mengamalkan dan mendakwahkannya.
Sedangkan anak keempat bercita-cita ingin menjadi ulama dan melanjutkan kuliah ke Universitas Islam Madinah. Semoga Allah ridhoi dan mudahkan jalannya, aamiin.
Bagaimana dengan si bungsu? Kalau yang ini, lebih terbuka dan suka bercerita. Katanya dia ingin menjadi hafidz Qur'an dan pelukis. Pelukis yang islami, insyaaAllah. Walaupun agak di luar dugaan dan ekspektasi, tapi nggak apa-apa lah. Semoga nanti akan berubah menjadi profesi yang lebih bermanfaat.
Semoga Allah kabulkan cita-cita mereka yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan juga bagi umat Islam, aamiin yaa mujibassaailin ๐คฒ๐ป.