Monday, April 19, 2021

Fasting Training



Bismillaah

Para ibu yang telah membersamai putra-putrinya melewati masa balita, tentu sangat familiar dengan istilah "toilet training". Masa-masa saat kita melatih dan membiasakan anak untuk buang air di toilet tanpa bantuan orang lain. Waktu keberhasilan masing-masing anak dalam toilet training ini sangat beragam. Ada yang tuntas sebelum masuk TK, ada pula yang sampai SD. Dan, training yang satu ini sungguh sangat memerlukan kesabaran dan keistiqomahan.

Begitu pun Fasting Training; melatih anak untuk berpuasa. Sebagian besar para pemerhati parenting menyarankan agar mulai melatih anak berpuasa pada usia tujuh tahun, sama seperti perintah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dalam membiasakan anak untuk salat. Namun, ada juga yang mulai melatih anak saat mereka baru menginjak usia balita. Saya termasuk salah satunya.

Dulu, referensi tentang parenting belum sebanyak dan semudah sekarang. Informasi masih terbatas dari televisi, radio, koran, majalah, dan buku. Itu pun kalau kita rajin mengumpulkannya. Alhasil, pengetahuan saya dalam hal mendidik anak sangat terbatas.

Namun, alhamdulilaah, saya memiliki seseorang yang bisa dijadikan panutan karena beliau termasuk salah seorang ibu yang sukses mendidik putra-putrinya. Beliau adalah Ustadzah Yoyoh Yusroh (Allahu yarham). Dari beliau-lah saya ikut melatih kebiasaan puasa anak sejak usia lima tahun. 

Memang tidak mudah menerapkannya, terutama untuk anak pertama. Kita harus kreatif mencari kegiatan yang dapat mengalihkan rasa laparnya. Menggambar, membaca buku, bermain permainan tradisional, menonton, dan lain-lain. Bahkan, kadang sampai diajak jalan keluar rumah dengan dibonceng motor. Semua dilakukan semata-mata agar anak terbiasa berpuasa sejak dini.

Ketika anak kedua dan berikutnya, perjuangan tak lagi seberat yang pertama. Kakak sulung telah menjadi contoh bagi adik-adiknya, dan mulai bisa membantu mengondisikan mereka. Bahkan anak kedua sudah mampu puasa sehari penuh saat masih di TK, meskipun sahurnya belum bisa pada waktunya. Ia sahur sebangunnya saja. Kadang jam lima, kadang jam 6. Namun saat SD, alhamdulilaah sudah bisa sahur bersama.

Kini, setelah mereka tumbuh besar, puasa sudah menjadi hal biasa. Tak ada rengekan. Alhamdulillaah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. 

No comments: