Bismillaah
Nisa
mulai bisa membaca Alquran ketika di kelas 3. Saat itu adiknya, Azmi, baru di
TK. Karena Nisa sudah bisa membaca Alquran, maka saat Ramadan, saya mengajaknya
untuk tadarus bersama. Membaca Alquran secara bergantian.
Sebenarnya,
selain memang ingin tadarus bersama, tujuan lainnya adalah untuk tetap
membuatnya terbangun sampai waktu berangkat sekolah datang. Maka selesai salat
Shubuh, kami bertiga, saya, Nisa, dan Azmi, tadarus bersama. Abinya tidak ikut
karena harus salat berjamaah di masjid.
Saya
dan Nisa membaca ayat Alquran bergantian, sedangkan Azmi, karena belum bisa
membaca Alquran, maka ia bertugas yang membaca terjemahannya. Alhamdulillaah,
meski masih di TK, Azmi sudah cukup lancar membaca.
Namanya
juga anak-anak, program ini tidak selalu berjalan dengan lancar dan mulus.
Kadang-kadang, karena kantuk yang teramat, mereka tidak mau tadarus, malah
tidur. Kadang Azmi yang tertidur, kadang dua-duanya tidur semua.
Sekarang,
setelah mereka besar, ternyata lebih sulit untuk mengondisikan mereka. Apalagi
dengan lima anak. Masing-amsing punya keinginan dan kebutuhan sendiri-sendiri.
Apalagi saat lockdown ini, baru sekali kami bisa melakuikan tadarus bersama.
Setelah itu, sulit mengumpulkan mereka kembali. Ada saja alasannya. Di sinilah
saya sebagai orang tua merasa sedih. Apalagi melihat keluarga-keluarga yang
lain bisa begitu kompak. Saya sadar, ini pasti karena kesalahan saya dalam
mendidik mereka. Saya tidak tahu, salahnya di mana. Saya merasa sudah mengajak
mereka dialog, sudah berusaha menumbuhkan rasa percaya diri. Tetapi, saya juga
menyadari, kadang ucapan saya melemahkan semangat mereka. Astaghfirullah ...
No comments:
Post a Comment