Bismillaah
Pandemi covid-19 yang telah membuat kita harus work from home atau learn from home, telah menimbulkan dampak positif maupun negatif pada setiap sisi kehidupan. Anak-anak yang biasa bebas berlarian di halaman sekolah saat waktu istirahat tiba, kini harus anteng, berdiam diri di rumah. Tak ada lagi main bola, tak ada lagi main petak umpet, tak ada lagi main kelereng, tak ada lagi main-main yang lain. Kini, semua gerak dibatasi oleh lockdown. Beruntung bagi mereka yang memiliki rumah yang luas. Namun sebagian besar memang tidak beruntung karena mereka tinggal di perumahan sederhana yang tak lebih dari 100 meter persegi atau di kontrakan-kontrakan sempit di gang yang sempit pula.
Begitu pun anak-anak saya.
Alhamdulillaah Allah mengaruniai kami rumah yang cukup luas buat kami. Anak-anak bisa bermain, meski dengan lahan terbatas. Namun demikian, tetap saja kebosanan menghinggapi mereka. Tak bisa bebas berlari, tak bisa bertemu teman dan bercanda bersama. Sekarang, kegiatan yang paling sering dan mudah dilakukan paling menonton tv atau membaca buku. Bermain game online pun terbatas karena mereka belum punya hp sendiri, masih harus pinjam ke kami, orang tuanya. Hampir dua bulan dengan kegiatan yang itu-itu saja, bete akhirnya.
Alhamdulillaah Allah mengaruniai kami rumah yang cukup luas buat kami. Anak-anak bisa bermain, meski dengan lahan terbatas. Namun demikian, tetap saja kebosanan menghinggapi mereka. Tak bisa bebas berlari, tak bisa bertemu teman dan bercanda bersama. Sekarang, kegiatan yang paling sering dan mudah dilakukan paling menonton tv atau membaca buku. Bermain game online pun terbatas karena mereka belum punya hp sendiri, masih harus pinjam ke kami, orang tuanya. Hampir dua bulan dengan kegiatan yang itu-itu saja, bete akhirnya.
Bahkan saat pertama kali diumumkan bahwa sekolah diliburkan dan anak-anak diminta tetap belajar di rumah, gadis kecil saya, Nafa, sudah protes saja. "Ah, bosen. Di rumah nggak ada temennya ...." Tetapi sekarang, justru dia yang terlihat paling enjoy dengan lockdown ini. Ternyata dia bisa menciptakan dunia mainnya sendiri.
Setiap kardus bekas, entah itu bungkus makanan atau kardus sepatu, ia kumpulkan. Lalu dibentuk dengan sedemikian rupa sehingga menjadi rumah-rumahan. Memang, hanya berupa kamar-kamar yang disekat oleh kardus yang dilem, tetapi memang itu sudah bisa disebut rumah. Rumah ala Nafa. Kalau dulu zaman saya kecil, membuat rumahnya di tanah. Temboknya menggunakan tanah yang ditimbun dan disusun sedemikian rupa. Jadi sama seperti perumahan Nafa, hanya beda bahan bangunannya.
Semua barang mainan yang ia miliki menjadi pelengkap perumahan itu. Oya, saya sebut perumahan, karena memang ada beberapa rumah. Ada orang-orangan super kecil, mobil-mobilan, kardus yang dibuat menjadi suatu benda, juga plastisin. Ya, beberapa hari yang lalu, entah dapat ide dari mana, tetiba dia minta dibelikan plastisin. Dengan plastisin itu, dia semakin berkreasi untuk memperlengkap perumahannya. Ada binatang, bunga, bahkan mobil angkot yang bisa menampung beberapa penumpang.
Dengan permainan itu, Nafa jadi asyik dengan dunianya sendiri. Kakak-kakaknya juga asyik dengan dunia mereka. Karena Nafa paling kecil, dia jarang terlibat dalam aktivitas kakak-kakaknya. Dia dirasa belum level oleh kakak-kakaknya. Jadinya ya, sukses dengan dunianya sendiri.
Alhamdulillaah, jadi tidak rewel. Meski, kadang-kadang, terucap juga kata bosan dan ingin kembali sekolah. Semoga wabah ini segera berakhir sehingga anak-anak bisa sekolah kembali dengan normal, aamiin.
No comments:
Post a Comment