Tuesday, January 28, 2020

Bahasa Menunjukkan Bangsa




Bismillaah


Judul : Bahasa Mencerdaskan Bangsa
Penulis: Yanto Musthofa
Penerbit: Yayasan Batutis Al-Ilmi Bekasi
Cetakan: kesatu (Januari 2017)
Tebal: 183 halaman
ISBN : 978-602-60854-0-5

Bahasa menunjukkan bangsa adalah pepatah leluhur yang sangat dalam maknanya. Betapa dengan bahasa, seseorang akan terlihat seberapa berilmunya dan beradabnya. Kalau dalam bahasa Jawa ada ungkapan "ajining diri ana ing lathi". Kemuliaan seseorang berdasarkan lisannya. Tidak jauh berbeda dengan pepatah di atas. Isi pikiran kita bisa dilihat dari bahasa yang terucap dari lisan kita. MasyaAllah.


Dalam buku "Bahasa Mencerdaskan Bangsa", semakin terkuak betapa dahsyat pengaruh bahasa. Ternyata bahasa sangat berpengaruh terhadap kecerdasan seseorang, kecerdasan suatu bangsa. Bahasa yang dimaksud di sini adalah bahasa yang baik dan benar, sesuai dengan kaidah dan struktur yang ada. Kalau sekarang ya, sesuai dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang telah menggantikan posisi EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).


Bahasa yang baik dan benar, apabila diterapkan dan diajarkan kepada anak-anak sejak dini, sejak balita, maka akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan otaknya. Penggunaan bahasa yang terstruktur membantu wiring syaraf-syaraf otak yang masih belum tersambung. Hebatnya, masa-masa keemasan ini, golden age, tidaklah terlalu lama. Karena ketika anak sudah memasuki masa pubertas, maka kemampuan penyerapan berbahasanya akan berkurang. Begitu juga saat memasuki usia dewasa, semakin sulit untuk dapat memaksimalkan kemampuan berbahasa. Tak heran bila kita jumpai orang yang belajar suatu bahasa di usia dewasa, waktu yang diperlukan untuk menguasai bahasa tersebut lebih lama dibandingkan anak-anak.


"Tiga tahun pertama kehidupan, saat otak sedang berkembang dan matang, adalah masa paling intensif perolehan kemampuan bahasa dan berbahasa bagi anak. Kemampuan terkait dengan kebahasaan ini bisa berkembang paling baik dalam lingkungan yang kaya akan suara, pemandangan, paparan konsisten terhadap aktivitas bahasa dan berbahasa orang lain.
Tampak ada periode kritis bagi perkembangan kebahasaan pada bayi dan anak kecil ketika otak dalam keadaan terbaik untuk menyerap bahasa. Jika periode kritis ini dibiarkan berlalu tanpa paparan bahasa, maka kelak akan lebih sulit bagi anak untuk belajar."
(Halaman 19)


Sering kita jumpai, bahkan pernah kita lakukan, bagaimana kita berbicara dengan bayi atau balita menggunakan bahasa yang di-cadel-cadelkan. Seolah-olah kita ini bayi juga. Padahal bayi atau anak kecil kita sedang belajar menyerap apa yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Kalau kita memberi contoh yang salah, maka akan sulit untuk meluruskannya.


Mari kita mulai dari saat ini, dari diri kita sendiri, untuk berbahasa yang baik dan benar, yang terstruktur. Agar otak kita khususnya, dan otak anak-anak kita pada umumnya, dapat berkembang dengan baik.
Aamiin ya rabbal'aalamiin.

No comments: