Judul : Ta’limul Muta’allim;
Pentingnya Adab Sebelum Ilmu
Penulis : Imam Az-Zarnuji
Penerbit : Aqwam
Cetakan : Juli 2019
Tebal : 168 halaman
ISBN : 978-979-039-734-7
Penerbit : Aqwam
Cetakan : Juli 2019
Tebal : 168 halaman
ISBN : 978-979-039-734-7
Fenomena
saat ini, bila kita melihat generasi millenial, mereka terlihat cerdas dan
pintar, selalu update dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terbaru. Tetapi di sisi lain, terasa ada yang kurang bila memerhatikan mereka.
Apakah itu? Adab. Ya, adab atau akhlak, tata krama mereka semakin menipis
terkikis oleh kemajuan teknologi. Atau karena kita, sebagai orang tua yang
mulai tidak memerhatikan pendidikan adab? Kita terlalu sibuk dan terlalu
mementingkan kecerdasan intelektual mereka sehingga abai dengan yang satu ini?
Sedangkan
bila kita napak tilas perjuangan para ulama dan ilmuwan Islam dahulu dalam
mengumpulkan dan mempelajari ilmu, mereka terlebih dahulu mempelajari adab.
Sehingga, meskipun ilmu mereka banyak sekali, tidak menjadikan mereka
kehilangan kesantunan dan ke-tawadhuan-nya terhadap guru-guru maupun
orang tua mereka.
Buku
“Ta’limul Muta’allim” yang disusun oleh Imam Az-Zarnuji ini seolah mengingatkan
kita kembali, para orang tua dan juga guru, agar sebelum mengajarkan ilmu
terhadap anak-anak kita, terlebih dahulu kita harus mengajarkan adab kepada
mereka. Dengan demikian, kita berharap, apa yang telah terjadi hari ini –minusnya
adab anak-anak kita terhadap orang tua dan guru- bisa dikurangi atau pun
dihilangkan. Sehingga kita akan dapati generasi Islam yang cerdas sekaligus beradab,
berkarakter, seperti yang diinginkan oleh kurikulum pendidikan yang terbaru
(Kurikulum 2013).
Selain
membahas tentang adab-adab bagi seorang penuntut ilmu, buku ini juga
menjelaskan tentang definisi ilmu, fikih, dan keutamaannya, yang diuraikan dalam
satu pasal tersendiri di awal pembahasan. Pada pasal lainnya, memuat tentang
beberapa tips dalam belajar, seperti hal-hal yang mempermudah hafalan, hal-hal
yang mendatangkan rezeki, menambah umur, dan menguranginya.
Adapun
adab menuntut ilmu, dapat kita temukan penjelasannya, di antaranya dalam pasal
“Takzim terhadap Ilmu dan Ahli Ilmu”. Pasal ini diawali dengan
“Penting
diketahui bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu, dan tidak
dapat mengambil manfaat dari ilmu itu, kecuali dengan menakzimkan ilmu dan para
ahlinya; juga memuliakan dan menghormati para ustadz.” (hal. 65)
Itulah
kunci dalam menuntut ilmu, menghormati ilmu dan guru. Kita tidak akan
mendapatkan keberkahan ilmu kalau kita hanya fokus dalam mengumpulkan ilmu
namun mengabaikan bahkan tidak menghormati guru yang mengajarkannya. Tidak
sedikit kita dapati, para penuntut ilmu yang berani membantah atau membentak
gurunya. Tidak sedikit para penuntut ilmu yang berbicara dengan suara yang
lebih keras daripada gurunya. Tidak sedikit pula para penuntut ilmu yang
menjelek-jelekkan gurunya baik di depannya maupun di belakangnya.
Astaghfirullaahal’adziim.
Sedangkan
salah seorang sahabat sekaligus menantu Nabi ﷺ , yaitu Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu ‘anhu berkata:
“Aku
adalah hamba sahaya bagi orang yang mengajariku satu huruf; jika mau ia boleh
menjualku, dan jika mau ia membebaskanku.” (hal. 65)
Seorang penuntut ilmu bagaikan budak
bagi gurunya. Sang guru bebas untuk menjualnya maupun membebaskannya. Begitu
tingginya penghargaan bagi seorang ahli ilmu. Apabila penghormatan yang
diberikan kepada guru sudah begitu tingginya, maka tidaklah mengherankan bila
ilmu yang diperoleh pun akan berkah, dan sang penuntut ilmu pun menjadi orang
yang beradab sekaligus berilmu.
“Salah
satu cara menghormati seorang alim adalah tidak berjalan di depannya, tidak
menduduki tempat duduknya, tidak memulai pembicaraan di hadapannya kecuali atas
izinnya, tidak banyak berbicara di hadapannya, tidak bertanya tentang sesuatu
saat sedang bosan, memperhatikan waktu, dan tidak mengetuk pintunya tetapi
sabar menantinya hingga ia keluar.”
“Kesimpulannya:
Seorang penuntut ilmu harus mencari rida gurunya, menjauhi kemurkaannya,
melaksanakan perintahnya selama bukan maksiat karena tidak ada ketaatan kepada
makhluk dalam rangka bermaksiat kepada Al-Khaliq (Pencipta).” (hal. 66-67)
No comments:
Post a Comment