Di tengah barisan itu, dia berdiri dengan tenang, tak terganggu dengan teman-temannya yang rewel, menangis. Bu Guru pun tak terlalu memperhatikannya karena sibuk menenangkan anak-anak yang menangis. Suasana agak riuh.
"Umi besok nggak usah nganter aku. Aku sekolah sendiri aja", begitu ucapmu tadi saat jam istirahat.
Ada rasa haru sekaligus bangga mendengar tuturnya. Di usia empat tahun, engkau sudah menunjukkan kemandirian. Mungkin karena ada dua adik yang harus diurus ibumu, maka kau menjadi dewasa lebih cepat. Tidak takut dan manja seperti balita kebanyakan. MaasyaaAllah, alhamdulillaah.
Maka, hari kedua sekolah, gadis kecilku tak lagi diantar. Ia berangkat bersama teman-temannya dengan mobil jemputan. Ada rasa tak tega, melepasnya sendiri di antara teman-teman yang belum dikenalnya. Sedangkan ia masih terlalu kecil. Hebat sekali, engkau, Nak.
Itu pula yang ibu guru ungkapkan saat pengambilan rapor. Nisa hebat, pergi sekolah dengan naik jemputan, tidak diantar orang tua, padahal rumahnya jauh. Ya, waktu itu, perjalanan sekitar 30 menit bila tidak macet. Dan, anak sekecil itu harus duduk berdesakan dengan kakak-kakak SD. Sedih bila mengenangnya.
Tak berlebihan, bila keberaniannya itu amazing banget buat saya. Tak salah bila kami menyekolahkan dia di sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Sedangkan anak-anak lain, sekolah di dekat rumahnya, dan masih ditunggui oleh orang tuanya. Alhamdulillaah, alhamdulillaah.
Walaupun begitu, perjalanan tak selalu mulus. Karena sekolah jauh, otomatis harus berangkat pagi-pagi, hampir sama dengan waktu abinya berangkat kerja. Kadang rewel. Tetapi, itu hanya kadang-kadang terjadi. Hampir jarang. Namun, kadang saat pulang, dia menangis bila telah sampai rumah. Mungkin capai dengan perjalanan di mobil jemputan.
Alhamdulillaah, masa itu sudah terlewati. Bahkan delapan tahun, ia melewati masa-masa TK dan SD yang harus bangun pagi-pagi dan berangkat sekolah pagi-pagi. Dan, alhamdulillaah, tidak pernah mogok sekolah. Karena memang suasana sekolah yang menyenangkan, guru-guru yang menyenangkan, membuatnya enjoy dan tidak berat dengan perjalanan yang jauh dan macet.
Ternyata, tidak hanya awal masuk TK saja yang membuat saya takjub dengan keberaniannya. Saat kelas 6, ketika dia harus bimbingan belajar setiap Sabtu dan tidak ada mobil jemputan, dengan beraninya dia pulang naik angkot. Padahal sudah dilarang juga. Memang dasarnya pemberani, biasa saja dia naik angkot. Malah terlihat happy dan enjoy banget. Orang tua di rumah yang menunggu kedatangannya yang was-was.
Hingga kini, setelah dewasa. Dia memang lebih pemberani. Termasuk berani berbicara di depan publik. Bahkan ketika baru setahun kuliah, dia sudah menjadi pembicara di sebuah seminar, di depan para mahasiswa. MaasyaaAllah. Semoga sifat pemberaninya itu bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain, terutama untuk kemaslahatan umat. Menjadi pembela Islam, menjadi Mujahidah Allah yang siap menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻
No comments:
Post a Comment