Friday, February 11, 2022

Apa Prioritasmu?

Bismillah


Baru kali ini saya bisa menyimak dan mengikuti langsung pemaparan Bu Septi, pendiri Ibu Profesional, meskipun hanya melalui Zoom. Padahal sudah lama mengenal beliau di dunia maya, melalui sepak terjang beliau di Ibu Profesional. Sebuah komunitas yang membuat saya kagum, tapi tidak bisa bergabung di sana.


Alhamdulillah, meskipun saya bukan anggota IP, saya bisa ikut salah satu kegiatannya, KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional). Nah, melalui KLIP inilah, saya bisa bertemu Bu Septi secara virtual. 


Baru beberapa menit berbicara, kata-kata beliau langsung sukses menampar harga diri. (Kata-katanya terlalu lebay, ya🤭). Ya iya, secara, saya lumayan tersinggung karena ... Karena ketidakkonsistenan saya dalam menulis.


Apa sih, kata-kata Bu Septi itu? 
Kata beliau, kita bisa menulis di KLIP ini, hanyalah masalah PRIORITAS. (Saya lupa kata-kata persisnya. Yang jelas, intinya seperti itu. PRIORITAS) 


Mengapa prioritas? Karena, untuk bisa menulis setiap hari seperti yang diminta KLIP, kita harus punya skala prioritas. Untuk bisa menulis dengan konsisten, masalahnya bukan pada ada waktu atau tidak, ada ide atau tidak. Tetapi, pada adakah kita memprioritaskan aktivitas menulis dalam agenda harian kita. Kalau kita sudah memprioritaskan, InsyaaAllah tidak akan ada kendala yang berarti.


Nah, ternyata ini masalah saya. Selama satu setengah bulan ini, saya kesulitan untuk menulis. Alasannya sih, sepertinya, ngada-ngada. Pas di awal bulan Januari, rasanya nggak ada waktu karena anak-anak sedang libur, jadi sayang kalau mereka diabaikan. Padahal kan, nulis nggak sampai berjam-jam. Nah, itulah, alasan yang mengada-ngada.


Setelah anak selesai liburan, muncul alasan baru: susah cari ide menulis. Tambah ngasal kan, alasannya. Memang kalau udah males itu, ada aja alasannya. Nggak masuk akal!!!



Sekarang, setelah mendengarkan materi Bu Septi yang baru sesi pembukaan, saya langsung sadar akan kesalahan saya selama ini. Terima kasih Bu Septi. Dan ... Hingga detik ini, ternyata masih sulit untuk menjadikan menulis sebagai salah satu kegiatan yang harus diprioritaskan. Harus berjuang mengalahkan hawa nafsu malas!!!


Pemaparan berikutnya dari Bu Septi membuat saya benar-benar merasa menjadi orang yang paling bodoh, nggak bermanfaat, nggak produktif. Huh. Kasihan banget, diri ini. Gimana mau masuk surga, coba?


Jadi, Bu Septi itu kegiatannya seabrek-abrek, sampai-sampai dibuat jadwal per jam. Bahkan beliau bisa menolak tamu, bila itu akan mengganggu jadwal beliau. MasyaaAllah. Produktif sekali, kan? Sedangkan saya? Astaghfirullah.


Oya, bagi yang belum tahu tentang KLIP, saya kasih bocoran sedikit ya. Sedikit aja, nih. Jadi, di KLIP ini, kita belajar menulis (khususnya saya), meskipun yang sudah pro juga banyak. Mereka keren-keren, sudah punya buku solo, tapi masih mau belajar.


KLIP ini dilaksanakan selama satu tahun. Nanti yang lulus akan diwisuda dan mendapatkan sertifikat. Nah, supaya lulus, ada syaratnya. Di antaranya, setiap bulan, kita harus setor tulisan sebanyak 10 hari agar bisa mendapatkan badge "GOOD". Yang setor 20 mendapatkan "EXCELLENT". Yang setor sebulan penuh atau 30 mendapatkan "OUTSTANDING". 


Selain syarat di atas, jumlah kata dalam tulisan kita pun sudah ditentukan. Untuk bulan ini, minimal 300 kata. Nanti di sesi berikutnya akan ditambah lagi jumlah minimalnya. 


Tahun lalu saya gagal karena dua bulan berturut-turut tidak menyetorkan 10 tulisan. Jadinya, kena DO deh. Tapi saya pernah lulus lho, pada tahun 2020. Nah, kami yang lulus pada tahun tersebut, bersama-sama membuat buku antologi. Sekarang sedang dalam proses menuju ke percetakan. Doakan ya, semoga lancar dan laris manis. 


Kalau mau info lebih detail tentang KLIP, bisa intip IG-nya ya: Kelas Literasi Ibu Profesional. Atau di grup Facebook.

No comments: