Memiliki lima mutiara, bukan hal mudah untuk dijalani. Begitu persepsi beberapa teman. Maka, mereka pun menganggapku sebagai seseorang yang tidak biasa.
Padahal, aku sendiri memanglah seorang yang sangat biasa, tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan. Pandangan mereka terhadapku, bisa seperti itu, karena mereka belum terlalu paham dengan keluargaku.
Bisa membersamai lima mutiara, memang sesuatu yang luar biasa bagiku. Nikmat dan anugerah yang tiada terkira, yang telah dikaruniakan Allah kepadaku. Tetapi, yang lebih luar biasa lagi adalah seseorang yang sangat istimewa, yang membuatku bisa menjalankan peran ini dengan enjoy.
Seseorang itu sangat hebat dan benar-benar bukan perempuan biasa. Superwoman, kami menyebutnya. Tubuh tuanya, tak menghalanginya untuk turut berperan membersamai dan membesarkan lima mutiara kami. Di balik tubuh kurusnya, tersimpan kekuatan yang tak tertandingi. Entah apa jadinya, bila tidak ada beliau.
Ibu Sujiati, begitulah beliau dipanggil. Ibu mertua yang sangat memanjakan kami, anak, menantu, dan cucu-cucunya. Wajah keriputnya selalu terlihat khawatir, bila salah seorang dari kami, pulang terlambat. Bila hujan deras mengguyur bumi, sedang kami masih belum berada di sisinya, dengan setia, beliau menunggu di teras rumah dan membiarkan pagar terbuka. Sewaktu-waktu kami datang, tak perlu susah-payah membukanya.
Kedua tangannya begitu terampil menyajikan masakan kesukaan cucu-cucunya. Si sulung suka pisang goreng, dengan riang hati beliau siapkan. Kebetulan satu selera juga dengan beliau.
Mutiara kedua suka ayam bakar, tak perlu lama baginya untuk menyajikannya di meja makan. Jagoan pertamaku paling suka donat kentang buatan beliau. Begadang pun beliau lakukan demi sang cucu tercinta.
Jagoan kedua suka karedok, dengan sigap beliau siapkan sayur-mayur dan bumbunya. Dan, sang jagoan pun, dengan gagahnya membantu mengulek bumbu. Salah satu aktivitas favoritnya ketika berada di dapur.
Giliran di bungsu, apa pun ia suka. Tak pilih-pilih makanan. Bahkan, pete pun oke untuk membangkitkan selera makannya. Tak beda jauh dengan superwoman kami.
Kini, perempuan luar biasa itu sedang disayang Allah. Diberi kesempatan oleh Allah untuk mengistirahatkan badan yang telah bertahun-tahun diforsir untuk menyenangkan banyak orang. Badan yang jarang tidur nyenyak. Mudah terjaga oleh suara aneh, sehingga rumah kami terhindar dari pencurian.
Selama ini, sakit bukan halangan untuk tetap memasak dan beraktivitas. Ketika diminta untuk istirahat saja, "Kalau diem malah tambah sakit. Badan jadi kaku," begitu jawabnya selalu. Tinggal kami yang cemas, khawatir terjadi sesuatu. Namun beliau tidak pernah bisa dicegah.
Kini, Allah menyuruhnya istirahat, terbaring lemah di kasurnya. Mungkin hanya dengan begini, beliau tidak akan memaksa tubuhnya lagi untuk bekerja.
Semoga Allah segera memberikan kesembuhan kepadamu, ibu yang hebat, superwoman kami. Syafakillah laa ba'sa thohuurun InsyaaAllah. Semoga sakit ini menjadi penggugur dosa-dosa, aamiin yaa rabbal'aalamiin.
No comments:
Post a Comment