Bismillah
Apa hakikat anugerah? Dan, apa pula hakikat musibah?
Hampir semua orang berpikir bahwa anugerah adalah segala sesuatu yang membuat kita bahagia. Wujudnya bisa berupa harta, jabatan, pasangan, atau momen-momen indah yang pastinya menyenangkan. Membuat kita ingin mendapatkannya lagi dan lagi. Bahkan, dengan sekuat tenaga, berusaha merengkuhnya.
Sedangkan musibah, identik dengan segala sesuatu yang tidak menyenangkan. Entah karena hal itu merugikan, atau karena membuat hati kita sedih, membuat kita merasa sakit dan terluka. Atau karena kita kehilangan sesuatu. Musibah adalah momen negatif yang, tak ada satu orang pun mengharapkannya.
Benarkah demikian?
Sebagai seorang muslim, paradigma itu harus kita ubah. Tak selamanya anugerah itu semua yang menyenangkan hati. Sebaliknya, tak selamanya, musibah itu merugikan kita. Kok bisa?
Tentu kita ingat dengan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 216.
كُتِبَ عَلَيْکُمُ الْقِتَا لُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّـكُمْ ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ وَاَ نْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Di sini, Allah menunjukkan kepada kita, bahwa sesuatu yang kita senangi, belum tentu baik untuk kita. Begitu pun sebaliknya. Sesuatu yang kita benci, belum tentu buruk untuk kita. Manusia tidak bisa melihat masa depan, sedangkan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.
Sesuatu yang kita senangi, belum tentu merupakan anugerah bagi kita, kalau hal itu malah menjauhkan kita dari Allah. Harta benda yang berlimpah, secara kasat mata, mungkin merupakan anugerah. Tetapi kalau dengan kekayaan itu membuat kita lalai menjalankan perintah Allah, maka kekayaan itu bisa menjadi musibah. Mungkin tidak di dunia, tapi di akhirat sudah pasti. Mereka yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah, tentulah tidak akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Sebaliknya, sesuatu yang kita anggap sebagai musibah, ternyata bisa menjadi anugerah, kalau membuat kita semakin dekat dan taat kepada Allah. Kehilangan sesuatu atau kegagalan dalam meraih impian, secara lahiriah bisa disebut musibah. Namun, bila peristiwa itu membuat kita semakin menyadari keberadaan dan pertolongan Allah, maka ia anugerah yang tiada terkira. Harta yang tak ternilai harganya.
Jadi, cara pandang kita perlu diubah. Setiap mengalami sesuatu, terutama kesedihan dan ketidakberuntungan, kita harus yakin bahwa ini kehendak Allah. Lalu, kita pun harus ber-husnudzon kepada Allah. Dia memberikan ujian, pasti karena Dia ingin meninggikan derajat kita. Atau, musibah yang kita alami, bisa jadi merupakan cara Allah untuk menyelamatkan kita dari musibah yang lebih besar. Wallahu a'lam bishshawab.
No comments:
Post a Comment