Friday, December 18, 2020

Mengenangmu

Bismillaah


Kemarin, Kamis, 17 Desember 2020, adalah hari pembagian rapor. Pada hari sebelumnya, saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya di ruang kelas yang selama enam bulan ini saya tinggalkan. Karena letak ruang kelas yang berada di lantai tiga, di ujung koridor pula, membuat saya enggan menempatinya selama PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Saya memilih ruang lain di lantai bawah bergabung dengan guru-guru yang lain.


Kemarin, saat kembali duduk di kursi guru yang sudah lama tidak saya tempati, ada rasa pilu menyelinap di relung hati. Sambil memandangi meja siswa yang berderet rapi, membayangkan para siswa duduk di sana. 


Ah, sembilan bulan sudah pandemi ini berlangsung. Sembilan bulan pula, saya sebagai guru online. Berbeda sekali rasanya dengan mengajar secara offline. 


Tak hanya letih dan jenuh yang saya rasakan dengan BDR (belajar dari rumah) ini. Letih karena harus menyiapkan materi pelajaran yang tentunya lebih rumit. Letih karena harus mengoreksi pekerjaan siswa menggunakan laptop atau gawai. Jenuh karena saat mengajar hanya bisa menatap wajah siswa di layar. 


Kerinduan ternyata telah memuncak menggunung menyesak di dada. Rindu mendengar gelak tawa mereka. Rindu celoteh manja mereka. Rindu negosiasi mereka menawar tugas agar lebih sedikit. 
Ah, rindu dengan segala tingkah polah mereka yang menggemaskan dan kadang menguji kesabaran. 


Saat menulis ini pun, air mata mulai menggenang. Sedih, memendam rindu yang tak tahu sampai kapan akan berakhir. Hanya kepada Allah harapan dan doa tak henti dilangitkan, agar pandemi segera berakhir. Agar saya bisa menjadi guru yang seutuhnya lagi. 


Karena, mengajar bukan hanya masalah mentransfer ilmu. Namun, bercengkerama, berdiskusi, saling berbagi cerita dan pengalaman, adalah bagian yang tak bisa saya dapatkan ketika PJJ. Memang, selama pembelajaran daring, saya masih bisa memandang wajah-wajah polos mereka, masih bisa berdiskusi. Tetapi, kendala sinyal sering nengganggu kenyamanan. Belum lagi keterbatasan waktu karena harus bergantian dengan guru lain. 


Bagaimana pun, saya bersyukur masih bisa melihat dan bercakap-cakap dengan mereka, dengan segala keterbatasan. Semoga saya bisa segera bertemu mereka dan mengajar seperti dulu lagi. Karena hanya dengan mengajar dengan tatap muka, saya merasakan kepuasan tersendiri sebagai guru.

I love you all, and miss you 😭😭

No comments: