Bismillaah
Mulai hari ini hingga sepekan ke depan, sekolah tempat saya mengajar melaksanakan program NO GADGET kepada para siswa. Bisa dikatakan, siswa-siswi libur belajar daring. Sebagai gantinya, mereka diharapkan dapat melakukan kegiatan bersama keluarga seperti murojaah, memasak, berkebun, olahraga, bersih-bersih rumah, dan yang lainnya.
Kegiatan NO GADGET ini dimaksudkan untuk mengistirahatkan para siswa dari paparan layar gadget. Tak dapat dimungkiri bahwa sistem belajar daring saat ini telah memberikan dampak tidak baik terhadap para siswa. Sebagian mereka jadi kecanduan gadget. Dampak paling ringannya, mereka merasakan mata perih karena terlalu lama di depan gadget.
Selain itu, tujuan program ini dimaksudkan untuk menguatkan "bonding" antara orang tua dengan siswa. Dengan adanya kegiatan bersama di rumah dan meninggalkan gadget untuk sementara, ikatan kekeluargaan yang mungkin selama ini renggang, bisa dieratkan lagi.
Kalau siswa tidak belajar daring karena program NO GADGET, gurunya enak dong?
Awalnya kami, para guru, berpikir seperti itu. Tetapi, ternyata kepala sekolah dan yayasan sudah menyiapkan agenda baru yang harus dilakukan. Apa itu? Membahas rencana perubahan visi misi sekolah.
Dan, pembahasan atau diskusi tentang visi misi ini tentu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Hari ini saja, kami baru membahas tiga mata pelajaran yang akan di-upgrade. Selain itu, kami juga harus mempersiapkan elemen akreditasi yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Terbayang sudah seabrek pekerjaan di depan mata. Belum lagi ditambah dengan mempersiapkan materi pelajaran dan media pembelajarannya.
Ada cerita menyedihkan di balik program NO GADGET ini. Bagi orang tua yang bisa mendampingi dan membersamai anaknya di rumah, program ini dapat berjalan efektif. Tetapi bagi orang tua pekerja, mungkin tidak terlalu merasakan nilai positifnya. Seperti yang dialami oleh seorang rekan guru. Ketika dia ingin menerapkan kebijakan NO GADGET, dia terbentur kebutuhan yang mengharuskan anaknya diberi wewenang memegang hp. Hal ini disebabkan karena rekan tersebut dan suaminya adalah guru yang harus tetap masuk ke sekolah. Sedangkan anak-anaknya berada di rumah tanpa didampingi orang di dewasa. Mau tidak mau, dia harus memberikan hp kepada anaknya agar bisa memantau.
No comments:
Post a Comment