"MasyaAllah, cantik banget! Aku pengen kayak dia."
"Bagus kan, jilbabku? Ini kan kayak artis yang lagi ngetrend itu, lho."
"Aku mau rajin olahraga ah, biar kekar kayak pemain bola itu. Pasti nanti banyak yang suka."
***
Kemilaunya dunia artis dan selebritis, membuat banyak orang yang ingin mengikuti jejak mereka. Dari mereka yang punya modal alias berduit, sampai mereka yang pas-pasan. Demi bisa menjadi seperti idola mereka, segala daya dan upaya dilakukan agar keinginan tersebut dapat terealisasi.
Berawal dari ikut-ikutan itulah, ada yang sukses meniru sang idola, banyak pula yang gatot alias gagal total. Bahkan ada pula yang sampai berputus asa karena keinginannya tidak terpenuhi.
Mengapa harus meniru dan ingin seperti orang lain? Sampai bela-belain mengeluarkan banyak uang, tenaga, dan waktu? Apa untungnya bila kita bisa seperti orang lain?
Kalau meniru dalam hal positif, tentu banyak manfaatnya. Misalnya kita ingin rajin ibadah seperti si A yang salat fardhunya selalu tepat waktu, puasa sunnahnya tak pernah lupa, tiap hari minimal tilawah 1 juz, dan selalu mendirikan salat malam. Atau seperti si B yang cerdas, kreatif, dan aktif berorganisasi, namun juga ramah dan peduli terhadap lingkungannya.
Tapi kalau yang diikuti itu masalah gaya berpakaiannya, gaya rambutnya, gaya berdandannya, bahkan gaya bicara dan berjalannya, apa untungnya? Sedangkan wajah kita berbeda. Kapasitas kemampuan kita juga tidak sama. Bukankah malah akan mengundang rasa prihatin dari orang-orang di sekitar kita? "Ih, kasihan banget orang itu pengen seperti artis terkenal, padahal wajahnya pas-pasan."
Apa tujuan kita meniru dan mengikuti setiap gaya orang yang kita idolakan?
Kalau kita mengikuti kerajinannya dalam beribadah, jelas, tujuannya adalah untuk mendapatkan pahala. Akhirat menjadi targetnya. InsyaaAllah, itu menjadi tujuan yang baik dan mulia.
Namun kalau mengikuti segala gaya dan tingkah laku sampai rela mengeluarkan uang banyak demi membuat diri mirip seperti sang idola? Apa manfaatnya? Apakah kita akan mendapatkan keuntungan seperti orang tersebut? Belum tentu. Yang ada, mungkin kita akan mengalami kerugian baik moril maupun materiil. Belum lagi pandangan sinis dari orang-orang terdekat kita. Na'udzubillahi min dzalik.
Maka, menjadi diri-sendiri adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Berbuat dan bertingkah laku sebagaimana adanya kita, tentu mudah dan tak perlu mengeluarkan biaya yang banyak. Tak merugikan diri sendiri, juga orang lain.
Menjadi apa adanya diri kita, menunjukkan identitas kita sendiri, akan lebih terhormat dan dihargai oleh orang lain. Daripada capek-capek mengikuti orang lain dengan tujuan yang tidak jelas.
Merdeka menjadi diri sendiri adalah hak kita. Tidak berada di bawah tekanan orang lain. Tidak menjadi bayang-bayang orang lain. Bebas mengekspresikan diri sesuai dengan apa yang kita inginkan.
No comments:
Post a Comment