Wednesday, August 19, 2020

Merdeka dalam Menyayangi Anak


Bismillaah

Anak adalah anugerah terindah dari Allah, sekaligus amanah yang harus dijaga dan dirawat sesuai dengan perintah Sang Pemilik Hakiki. 


Anak adalah buah hati, yang kepadanya disandarkan dan ditaburkan kasih sayang. Siang dan malam semua perhatian tercurah dan terfokus kepada sang buah hati. 


Rasa sayang yang begitu meluap kepada sang permata hati, kadang membuat kita lupa akan hak-haknya. Bahwa ia tak hanya membutuhkan gadget terbaru dengan aplikasi paling canggih,  pakaian bermerek yang mahal, mainan terbaik yang sedang populer, atau makanan tersohor yang diminati banyak orang. Bahwa uang yang melimpah kadang bukan hal pokok yang ia inginkan. Bahwa sekolah bergengsi bukan tempat yang ia impikan.


Rasa kasih yang selalu ia rindukan, mungkin hanya berupa sentuhan lembut di kepalanya saat naik ke tempat tidur. Ada yang tulus mendengarkan cerita serunya hari itu di sekolah adalah momen indah yang tak akan ia lupakan. Pelukan hangat ibu saat ia berpamitan untuk pergi ke sekolah merupakan nutrisi pemompa semangat untuk melalui hari itu.


Wujud kemerdekaan kita dalam menyayangi sang permata hati, adalah menyayanginya dengan tujuan untuk kebaikannya. Kadang harus tega melarang meski ia merengek. Sering harus tegas, meski ia berkeluh-kesah. Kadang harus melatihnya dengan tanggung jawab yang terlihat sulit baginya. Semua bertujuan untuk menyiapkannya menjadi pribadi yang tangguh dan tidak cengeng. Pribadi mandiri yang penuh simpati dan empati kepada orang di sekitarnya. Bukan pribadi yang egois dan hanya memikirkan diri sendiri.

Wujud kemerdekaan kita dalam menyayangi sang buah hati, bukan dengan memberikan segala yang diinginkannya. Bukan pula dengan membebaskannya dari berbagai tanggung jawab sehingga ia bisa bersantai sepanjang hari. Juga bukan dengan memanjakannya, memenuhi segala permintaannya yang kadang di luar kemampuan dan jangkauan kita. 


Merdeka menyayangi anak adalah merawat dan membesarkannya dengan membekali nilai-nilai keislaman, tata krama, kedisplinan, keterampilan hidup, dan juga keprihatinan. Bukan merdeka namanya, kalau kita masih dikendalikan oleh anak. Anak minta apa pun dikabulkan, padahal belum waktunya. Minta dibelikan motor, misalnya. Padahal usianya belum mencapai 17 tahun sehingga bisa memperoleh SIM. 


Merdeka menyayangi anak, berarti orang tua yang pegang kendali, bukan anak yang mengatur orang tuanya. Semoga dengan demikian, mutiara-mutiara kita tumbuh menjadi orang yang kuat dan tangguh, serta memiliki akhlak mulia seperti Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. Aamiin yaa rabbal'aalamiin.

No comments: