Tuesday, April 26, 2022

Jangan Bosan Berbuat Baik


Bismillah


Kadang, sebagian kita berpikir, bahwa saat kita berbuat baik, menolong orang lain misalnya, yang untung adalah orang yang kita tolong tersebut. Padahal, kalau menurut firman Allah di atas, kebaikan itu akan kembali dan berimbas kepada diri kita sendiri.



Pernah seorang dosen bercerita tentang tetangganya yang meminjam uang. Kata beliau, "Enak aja, pinjam uang saya. Saya yang capek kerja, dia yang enak. Tinggal minjem aja." 


Benarkah pemikiran seperti itu? Secara logika, mungkin benar. Sepertinya, orang yang meminjam uang tersebut lah, yang akan merasakan nikmat. Sedangkan yang meminjami uang jadi rugi. Dia yang capek bekerja mengumpulkan uang, orang lain yang menikmati.


Benarkah demikian?
Tentu tidak, bila kita lihat dari kacamata agama Islam, agama yang kita cintai, agama yang kita yakini kebenarannya, agama yang menuntun manusia supaya selamat dunia akhirat. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengajarkan kepada kita, bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Orang yang memberikan pinjaman, pahalanya sangat luar biasa. Dia sudah menolong orang yang mau menghinakan diri agar mendapatkan pinjaman. Tentu bukan keinginannya untuk meminjam uang, tapi karena kondisi yang pasti sulit dihindari. Meskipun ada juga orang yang pinjam uang karena hobi atau karena mengikuti gaya hidup. Tapi, mayoritas, mereka pinjam uang karena terpaksa. Apalagi di zaman yang serba sulit sekarang ini.



Selain mendapatkan pahala, orang yang memberikan pinjaman, insyaallah akan mendapatkan kemudahan dalam urusannya. Doa orang yang telah dipinjami itu, insyaallah menjadi salah satu perantara datangnya pertolongan Allah. Pertolongan Allah bisa banyak macamnya. Dimudahkan dan dilancarkan dalam mendapatkan rezeki, dikaruniai keluarga yang harmonis, anak-anak yang shalih serta kesehatan dan keselamatan, ataupun kemudahan-kemudahan lainnya yang kadang tidak kita sadari. Atau bisa juga dengan dimudahkannya kita dalam melakukan sesuatu. Orang lain juga jadi ringan tangan membantu kita saat kesulitan.



Yang saya alami sendiri, merupakan salah satu bukti, betapa berbuat baik itu, sejatinya adalah untuk kepentingan kita sendiri. Di tempat kerja, saya memiliki seorang partner yang lumayan sibuk karena selain mengajar, beliau mendapatkan amanah tambahan dari kepala sekolah, resmi pekerjaan sekolah juga. Tentu saja, pekerjaan tambahan itu cukup menyita waktu beliau sehingga ada pekerjaan yang keteteran



Sebagai orang terdekat, saya tidak bisa tinggal diam. Ketika beliau meminta bantuan, saya berusaha memberikan semampu saya, setelah pekerjaan saya tuntas. Hal ini tidak hanya sekali dua kali terjadi. Karena terlalu sering, ada beberapa teman yang sempat mencegah saya agar tidak membantu beliau. Alasan mereka, itu sudah menjadi kewajiban beliau karena sudah digaji untuk melakukan pekerjaan tersebut.



Namun saya tidak mau disetir. Toh, saya membantu juga sebisa saya. Kalau saya tidak mampu dan tidak ada waktu, saya akan menolak. Jadi, meskipun ada suara sumbang, saya tetap lakukan apa yang harus saya lakukan.



Pada suatu hari, kami tinggal berdua di sekolah karena menyelesaikan rapot. Di kantor, tepatnya. Rekan-rekan yang lain, sebagian besar sudah pulang. Kalau pun ada, mereka semua sedang sibuk di ruangan masing-masing.


Saat itulah Allah memberikan pertolongannya melalui teman tersebut. Momentum inilah yang menyadarkan saya, bahwa ketika kita berbuat baik kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menabung. Kita tidak tahu, kapan tabungan itu akan kita ambil dan kita gunakan. Hanya Allah yang tahu. 



Oleh karena itu, berbuat baik itu harus menjadi kebiasaan kita. Berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita, itu hal biasa dan sudah semestinya. Namun, berbuat baik kepada orang lain yang tidak menyukai kita, itu baru luar biasa. Perbuatan itu bisa mendatangkan beberapa kebaikan berikutnya. Kita mendapat pahala karena telah berbuat baik, mendapatkan pahala karena menyenangkan orang lain, dan mendapatkan pahala juga bila orang tersebut mendapatkan hidayah. Tidak lagi membenci kita, tetapi berubah menjadi teman atau sahabat. MasyaaAllah. Adakah yang seperti itu? Banyak.


Sebaliknya, bila kita berbuat suatu keburukan, dampaknya juga akan merugikan kita sendiri. Di dunia kita akan dijauhi masyarakat, di akhirat mendapatkan azab Allah. Na'udzubillahi min dzalik.


Semoga Allah mudahkan kita untuk selalu berbuat baik dalam setiap napas kehidupan kita. Menjadi orang yang banyak memberikan manfaat baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻.


Ramadhan malam ke-25.
Ya Allah, semoga kami bisa mendapatkan Lailatul Qadar, aamiin 🤲🏻


No comments: