Friday, June 17, 2022

Masjid Nabawi

Bismillah

Selasa, 14 Juni 2022.

Hari ini, hari pertama saya pergi ke Masjid Nabawi. Jarak dari hotel ke Masjid Nabawi hanya sekitar 850 m. Dari hotel pun, menara masjid sudah terlihat. Hanya dengan berjalan lurus dari depan hotel, kami langsung masuk melalui gerbang 314, 315, dan 316 yang bersebelahan. 


Pelataran Masjid Nabawi sangat luas, sehingga kita tidak perlu khawatir tidak akan mendapatkan tempat shalat. Namun, bila ingin bisa masuk ke dalam masjid, kita harus datang lebih awal. Minimal satu jam sebelum waktu shalat. Setelah ruangan masjid penuh, pagar akan dipasang di depan pintu dan diikat. Kita pun tidak bisa masuk. Walaupun begitu, ada saja jamaah yang nekat melompati pagar. Astaghfirullah. 


Kami, para muslimah masuk ke masjid melalui pintu 13. Di pintu sudah menunggu Askar akhwat yang akan memeriksa tas. Masuk ke dalam masjid, kita akan diarahkan ke bagian yang masih kosong. 


Di dalam masjid, tersedia galon-galon air zamzam beserta gelas plastik. Ada dua macam air zamzam: dingin dan tidak dingin. Kalau saya lebih suka yang tidak dingin karena kalau dingin tidak terasa air zamzam, hanya seperti air biasa. Selain itu, untuk menghindari sakit tenggorokan, lebih baik minum yang tidak dingin. 


Selain disediakan air zamzam di antara shaf-shaf, air minum juga tersedia di samping tempat mengambil air wudhu. Hanya saja, yang di sini berupa kran air, dan hanya tersedia air dingin. Sangat cocok diminum saat udara panas. Tapi ya itu, khawatir sakit tenggorokan dan batuk. Apalagi untuk yang sudah berusia di atas 40 tahun. Lebih baik menghindari yang dingin. Tapi, katanya, air yang ada di samping tempat wudhu itu hanya air biasa, bukan zamzam. 

       Atap/kubah yang terbuka saat syuruq 

Di dalam masjid juga terdapat atap yang akan terbuka bila waktu syuruq (matahari terbit) tiba. Sedangkan di pelataran masjid, ada payung yang siap terbuka saat syuruq. Dengan adanya payung ini, jamaah yang berada di pelataran cukup terlindung dari sinar matahari. Namun, hawa panasnya masih terasa. Apalagi saat ini memang sedang musim yang suhunya antara 40-50 derajat Celcius.

  Atap payung yang terbuka saat syuruq dan 
        menutup kembali menjelang Maghrib.



Untuk mengurangi hawa panas tersebut, di setiap tiang payung terdapat dua kipas (blower) yang ketika beroperasi akan menyemprotkan air. Namun, bagi kita, orang Indonesia, yang tidak terbiasa di udara panas, kipas angin tersebut kurang terasa efeknya. Oleh karena itu, banyak yang lebih suka berada di dalam masjid. Di dalam masjid, banyak tiang, yang di sekeliling tiang tersebut terpasang AC (air conditioner). 



Kran air di Masjid Nabawi diatur secara otomatis, terutama kran air di tempat wudhu. Setiap 1-15 detik, air akan berhenti sendiri. Oleh karena itu, kita harus memencet lagi tombolnya. Jadi, sekali wudhu bisa beberapa kali memencet tombol. Berbeda dengan kran biasa yang mengalir terus kalau tidak ditutup. Kran seperti ini sangat membantu kita untuk menghemat air. Dan, tidak ada lagi yang akan lupa menutup kran. Karena dia akan berhenti mengalir secara otomatis. MasyaaAllah.



No comments: