Bismillaah
Alhamdulillaah, keputusanku untuk bergabung di OTM; ODOP Tembus Media membuahkan hasil. Salah tiganya adalah artikel Tejadi Sungguh-Sungguh yang dimuat di Koran Merapi, Yogyakarta. Sayangnya, aku tidak tahu kapan tanggal dimuatnya karena memang tidak berlangganan. Tiba-tiba saja ada wesel datang ke rumah. Selamat menikmati.
1.
Teman saya, sebut saja namanya
Syahrini, perempuan asli Betawi yang
menikah dengan seorang lelaki dari Cilacap, Jawa Tengah. Saat pertama kali
pulang lebaran ke Cilacap, Syahrini sempat dibuat malu karena ketidaktahuannya.
Selesai salat Idul Fitri, biasanya para kerabat dan tetangga saling bersalaman
sambil mengucapkan “Sugeng Riyadi”. Nah, saat Syahrini diajak bersalaman dan
mereka mengucapkan “Sugeng Riyadi”, ia tidak menjawab dengan kalimat yang sama,
tapi malah menyebutkan namanya “Syahrini”.
Sugeng riyadi ... Syahrini.
Sugeng riyadi ... Syahrini.
2.
Di Boyolali, ada sebuah warung nasi
goreng yang menggunakan arang sebagai bahan bakar untuk menggoreng nasinya.
Alhasil, waktu yang digunakan untuk memasak lebih lama daripada menggunakan
kompor gas. Mungkin berkaitan dengan lamanya pelanggan menunggu nasi gorengnya
matang, warung itu bernama “Sabar Menanti”.
Dan memang benar. Saat saya mampir ke warung tersebut, saya harus sabar
menanti nasi goreng saya siap. Padahal perut sudah minta segera diisi.
3.
Kita biasa menjumpai seseorang yang
jijik dengan sesuatu, misalnya kecoa, cacing, atau ulat. Ada juga teman saya yang
merasa jijik bila melihat karet gelang atau peniti. Reaksi dari rasa jijik itu
bermacam-macam. Ada yang hanya merasa merinding, pusing, atau mual. Orang yang
biasa jijik dengan hal-hal tertentu tersebut biasanya dari kalangan perempuan.
Tapi ternyata laki-laki juga ada, meski sangat jarang. Suami teman saya, merasa
sangat jijik bila melihat kancing yang belum terpasang di pakaian. Karena
begitu jijiknya melihat kancing, dia tidak hanya merinding, tetapi juga sampai muntah-muntah.
No comments:
Post a Comment