Saat ini sudah banyak penghafal Al Quran bertebaran di muka bumi. Masjid-masjid dihiasi suara merdu para imam yang hafidz Al Quran. Lantunan ayat-ayat suci mendatangkan kesejukan dan keharuan. Tak terasa air mata mengaliri pipi meski tak paham maknanya. Masyaallah.
Lebih syahdu lagi bila menyimak ayat-ayat itu keluar dari mulut-mulut mungil nan suci. Meski balita, mereka begitu memukau hafalan Qurannya. Lengkap dengan langgam yang mendayu dan tajwid yang nyaris sempurna. Sulit untuk percaya bila tak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Diri selalu tak bisa menyembunyikan rasa takjub saat melihat mereka. Dalam usia yang masih sangat muda, mereka sudah hafidz 30 juz Al Quran. Prestasi yang sangat luar biasa. Bagaimana mereka bisa mencapai itu semua? Pastilah orang tua mereka adalah manusia-manusia pilihan yang tak kalah hebat dengan anak-anaknya.
Ingin sekali diri ini bisa seperti mereka; hafidz Quran. Mungkinkah? Sedangkan usia tak lagi muda. Urusan selalu datang menyapa, membuat azam kembali melemah. Pikiran tak sejernih dan secerdas anak-anak muda yang energik. Waktu pun tak selapang di kala muda. Banyak sekali rintangannya. Tapi, itu hanyalah alasan yang dibuat-buat dan direka-reka. No excuse! Di mana ada keinginan, di sana ada jalan. If there's a will, there's a way.
Menghafal Quran memang bukan pekerjaan mudah, tapi juga bukan sesuatu yang mustahil. Ibarat mencuci baju, wejangan seorang ustadz yang hafidz. Cucian baju yang menumpuk setinggi Gunung Galunggung, kalau hanya dipandang, tak akan pernah menyusut apalagi selesai. Tetapi kalau dikerjakan, dicuci satu demi satu, sebanyak apa pun akan kelar dan bersih.
Begitu pula dengan menghafal Quran. Quran yang terdiri dari 30 juz itu, kalau hanya dilihat dan ditimang-timang, tentu tak akan pernah bisa direkam otak. Apalagi kalau sudah ada mind set "Wuih, banyak sekali ayatnya. Mustahil bisa menghafalnya!" Nah, tambah sulit saja melakukannya. Tapi kalau kita hafal satu demi satu ayat, lama-lama akan terekam juga dalam memori. Seperti tumpukan pakaian kotor yang mulai bersih satu demi satu, dan akhirnya bersih semua. Begitu pula dalam menghafal firman Allah ini. Ditambah lagi garansi dari Allah bahwa Dialah yang mengajarkan Al Quran seperti dalam ayat berikut ini
اَلرَّحْمٰنُ ۙ
(Allah) Yang Maha Pengasih,
[QS. Ar-Rahman: Ayat 1]
(Allah) Yang Maha Pengasih,
[QS. Ar-Rahman: Ayat 1]
. عَلَّمَ الْقُرْاٰنَ ؕ
Yang telah mengajarkan Al-Qur'an.
[QS. Ar-Rahman: Ayat 2]
Yang telah mengajarkan Al-Qur'an.
[QS. Ar-Rahman: Ayat 2]
Oleh karena itulah Al Quran yang sebanyak itu, banyak pula penghafalnya. Hanya kitab suci Al Quran yang bisa dihafalkan. Sedangkan kitab suci yang lain, tak ada satu pun dari umatnya yang bisa menghafal satu kitab penuh.
Jadi, meskipun dengan tertatih, akan kujalani proses menghafal ini. Ku kan berjuang sampai titik darah penghabisan (seperti pahlawan saja). Dan Allah sangat menghargai proses ikhtiar kita dalam meraih kebaikan dan ridho-Nya. Jauhkan kata menyerah, hapus kata putus asa dalam kamus kehidupan. Lihatlah Umar bin Khottob! Menjelang wafatnya, beliau baru menyelesaikan hafalannya. Yang penting proses, bukan hasil. Let's do it!
#One Day One Post
#Februari Membara
#15th Day
#Februari Membara
#15th Day
3 comments:
Masya Allah.. sepakat mbak.. ^ ^
bagus mba...
Semoga saya juga dapat lebih mendalami AL Qur'an
Post a Comment