Bismillaah
Hari ini adalah hari terakhir USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) tingkat SD. Di saat siswa-siswi kami sedang berkutat dengan soal-soal IPA, kami, para guru pun sibuk dengan aktivitas masak-masak. Ya, hari ini seluruh guru dan karyawan Al Hidayah Islamic School bahu-membahu menyiapkan makan siang sendiri. Biasanya kami tinggal pesan, maka makan siang sudah diantar ke sekolah dan siap disantap. Kalau pun ada masak-masak, biasanya yang memasak dan repot di dapur adalah karyawan pantry. Kami tinggal menikmatinya saja.
Kesibukan memasak dimulai bertepatan setelah para siswa masuk ke ruang ujian. Dari OB (office boy) dan security hingga kepala sekolah, tak ada bedanya. Semua mendapatkan tugas. Ibu-ibu menyiapkan nasi liwet, tahu-tempe goreng, bakwan, sayur urab, dan lalapan. Tak ketinggalan tentunya, sambal terasi dan dabu-dabu pelengkap ikan bakar. Sementara bapak-bapak membakar ikan dan ayam. Karena dikerjakan bersama-sama, suasana menjadi seru dan tidak terasa lelah.
Sambal dabu-dabu
Ada menu baru yang masih asing di telinga saya yaitu sambal dabu-dabu. Konon sambal ini merupakan salah satu makanan khas daerah Makasar. Sambal ini sebagai pelengkap ikan bakar. Maka menu makanannya disebut ikan dabu-dabu. Cara membuat sambal ini cukup sederhana, nggak pakai ribet. Bahan-bahan yang diperlukan adalah cabe rawit, cabe merah keriting, tomat hijau, tomat merah, bawang merah, jeruk nipis, dan minyak goreng. Bahan-bahan selain jeruk nipis dan minyak goreng dipotong dadu, kira-kira seukuran 1 cm. Lalu diberi perasan air jeruk secukupnya. Setelah itu disiram dengan minyak goreng yang sudah dipanaskan. Jangan lupa untuk menggunakan wadah anti panas seperti panci alumunium atau mangkuk, agar wadah tidak meleleh terkena minyak panas. Nah, sambal dabu-dabu siap disajikan dengan ikan bawal bakar. Mmm ... Yummy!
Menjelang Zuhur, makanan pun siap disantap bersama-sama. Biar lebih terasa kebersamaan dan kekeluargaannya, makanan disajikan di atas daun pisang yang masih lengkap dengan pelepahnya, dan digelar di lantai. Sungguh nikmat. Lelahnya memasak terbayar lunas dengan nikmatnya makanan hasil kebersamaan. Menghabiskannya pun dengan kebersamaan, bahu-membahu dengan teman di samping dan di depan, untuk menghabiskan makanan yang telah tersaji. Tak ada yang boleh tersisa, karena itu berarti mubadzir. Dan mubadzir adalah perbuatan setan.
No comments:
Post a Comment