Wednesday, February 17, 2016

Tragedi

Ketika menulis ini, perasaan saya campur aduk. Sedih, geram, takut, tak berdaya, berkumpul jadi satu. Ingin rasanya menangis dan teriak sekeras-kerasnya agar sesak dada ini berkurang. Tapi malu, rasanya. Akhirnya saya tuangkan saja dalam tulisan ini. Mudah-mudahan hati saya menjadi lega dan mendapat pencerahan.
Beberapa menit yang lalu, saya mendapat pesan dari rekan guru. Setelah membaca pesan itu, dada ini serasa gemuruh lava yang ingin keluar dari perut bumi. Pesan itu berkisah tentang malangnya nasib seorang gadis balita yang, maaf, diperkosa oleh papanya sendiri di rumah eyangnya. Astaghfirullah, ayah macam apa itu!!! Sudah sebegitu bobroknyakah moral bangsa ini? Belum kering tinta media massa dan media sosial ramai memberitakan LGBT. Sekarang ada lagi yang lebih mengerikan. Dan, setahu saya memang ini bukan berita baru. Sebelumnya juga sudah ada kasus-kasus serupa itu. Tapi yang membuat merinding dan bergidik, korbannya itu anak TK yang masih sangat lugu dan lucu. Dan, pelakunya, bapaknya sendiri!!! Seorang yang menyandang gelar S3! Ternyata tingginya pendidikan tidak berbanding lurus dengan tingginya akhlak. Kalau pun tidak bisa berakhlak yang baik, minimal dia seharusnya mempunyai naluri seorang ayah yang ingin selalu mengayomi dan melindungi buah hatinya. Lha ini? Malah menghancurkan dan meluluh-lantakkan kehidupan putrinya.
Ya Allah, hanya kepada-Mu kami berlindung dari kejahatan makhluk-Mu.
Sampai detik ini, saya tak habis pikir dengan peristiwa itu. Tega-teganya dia berbuat begitu kepada darah dagingnya sendiri. Iblis macam apa yang sudah mengendalikan nafsunya itu? Astaghfirullah.
Jujur, sebagai seorang ibu, saya merasa takut. Apalagi anak saya juga perempuan dan ada yang masih balita. Sepertinya dunia ini sudah tidak aman lagi. Terus, kita mau tinggal di mana?
لاحول ولاقوت الابالله العلي العظيم
Hanya kepada Allah-lah kita berserah diri. Tanpa lindungan dan rahmat-Nya, mustahil kita bisa selamat dari aneka macam marabahaya dunia modern saat ini.
Selain bertawakal kepada Allah, tentunya kita pun harus berikhtiar dan berdoa.
Ikhtiar dimulai saat kita memilih pasangan hidup. Rasulullah saw telah memberikan petunjuk agar kita memilih calon suami/ isteri yang baik agamanya. Bukan cantik atau tampannya, bukan kekayaannya, bukan darah birunya, bukan kepintarannya pula. Karena semua itu tidak menjamin kebahagiaan kita.
Setelah menikah, kita hiasi rumah dengan syariat Islam dan selalu menambah ilmu keislaman serta mengamalkannya. Karena ajaran Islam bukan agama teoritis, tetapi aplikatif. Apa yang sudah kita pahami, kita laksanakan. Bersama pasangan hidup kita, tentunya. Agar tercipta keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Agar terwujudlah baiti jannati.
Setelah ikhtiar tersempurnakan, selalu basahi lisan dengan untaian doa, memohon belas kasih Illahi Robbi agar hidup ini selamat dunia-akhirat, jauh dari marabahaya. Bila semua telah kita lakukan, hanya tawakal 'alallah jalan terakhir. Bila ujian dan cobaan tetap menghampiri, itu tanda sayang-Nya kepada hamba terkasih.
لايكلف الله نفساالاوسعها
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah: 286)
Ya Allah, mohon turunkan rahmat-Mu kepada kami.
Ya Allah, kasihilah gadis kecil yang malang itu. Limpahilah ia dengan rahmat-Mu. Aamiin ya robbal'alamiin.
#One day one post
#Februari Membara
#13th day

1 comment:

irma said...

Astaghfirullah.. iya mbak sdh banyak kasus kayak gini bahkan ada anak yg maaf mnyetubuhi ibunya sendiri.. naudzubillah
Semoga keluarga kita dlindungi oleh Allah.Aamiin