Friday, February 5, 2016

Blessing in Disguise

Berkah yang Tersembunyi

"Nduk, ayo ikut ke RSI!", ajak Om Eko.
" Ada apa Om?" tanyaku heran sambil menutup buku yang sedang kubaca. Mengapa beliau mengajak ke RSI? RSI adalah Rumah Sakit Islam. Salah satu rumah sakit swasta terbaik di kotaku. "Siapa yang sakit, Om?" lanjutku.
"Masmu kecelakaan, Nduk".
Apa? Mas Zaki kecelakaan? Ya Allah, musibah apalagi ini? Rasanya belum sembuh duka di hatiku sejak kepergian bapak setahun yang lalu, menyusul ibu yang sudah terlebih dulu dipanggil Allah. Kini, masku satu-satunya kecelakaan? Bagaimana keadaannya?
" Ayo, siap-siap, Nduk. Kita berangkat sekarang," kembali terdengar suara Om Eko mengingatkanku. Sedangkan aku masih termangu meratapi nasib.
"I...iya Om", jawabku sambil merapikan jilbab biruku dan beranjak keluar mengikuti Om Eko menuju motornya.

Di atas ranjang besi, di kamar kelas 3, masku terbaring. Pingsan. Ya Allah... jangan Kauambil lagi orang yang kusayang ini. Jangan Kaubiarkan aku sebatang kara, kasihanilah diri ini ya Robbi.

" Kata dokter ada pendarahan otak dan harus dioperasi. Dan, tulang keringnya patah, harus dioperasi juga," jelas Mas Andi, teman masku yang selamat dari kecelakaan naas itu.
Ya Allah... harus operasi, dua kali tindakan. Dari mana kami mendapatkan uang untuk biaya operasi? Kami hanyalah anak yatim yang hidup di atas belas kasih om dan tante. Mereka pun hidup sederhana.
"Kamu nggak usah khawatir, Nduk. Insyaallah ada jalan keluar. Nanti Om bicarakan dengan keluarga besar kita", hibur Om Eko seakan bisa membaca keresahanku.

Sebulan sudah Mas Zaki dirawat. Alhamdulillah kedua operasi bisa berjalan lancar atas bantuan sanak saudara. Kini masku sudah bisa berjalan meskipun dengan bantuan krek dan boleh pulang ke rumah.

Setelah kepergian ibu yang disusul oleh bapak, Mas Zaki mulai berubah. Dia yang pintar dan rajin sholat, mulai berubah. Pulang sekolah tidak langsung ke rumah, tapi malah pergi dengan teman-temannya. Kadang beberapa hari tidak pulang, membuat kami, aku dan keluarga besar, merasa was-was. Karena sering tidak pulang, kami pun mulai cari-cari informasi lewat teman-temannya. Hingga di suatu sore, setelah beberapa hari mencari, ternyata dia ada di rumah temannya, anak seorang pengusaha terkenal di kotaku. Ketika diajak pulang, dia, astaghfirullah, dalam keadaan mabuk. Ya...masku sudah salah pergaulan dan sulit diingatkan.

Dan terjadilah kecelakaan itu. Ketika berboncengan dengan Mas Andi, dia menabrak motor yang beralawanan arah karena dia dalam keadaan mabuk. Masyaallah.

Kini, setelah kakinya tak seperti dulu lagi, setelah otaknya tak sesehat dulu lagi, hidayah datang menghampirinya. Sekarang dia rajin sholat ke masjid meski dengan harus menggunakan krek. Dia tak lagi bertemu dengan teman-temannya yang sudah menjerumuskannya itu. Dia sudah bertobat. Betapa mahal harga yang harus dibayarnya demi mendapatkan hidayah Allah. Sungguh manis akhir dari penderitaan panjangnya. Inna ma'al 'usri yusro. Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Berkah yang tersembunyi. Alhamdulillah.

#One day one post
#Februari membara
#Fifth day

No comments: