Sedih, saat mengetahui, teman-teman yang tadinya bersikap hangat dan ramah, sekarang berubah dingin dan cuek. Senyum pun seperti terpaksa. Apakah ini hanya perasaan saya saja? Entahlah. Tapi, perubahan itu ada. Dulu yang selalu riang menyapa, sekarang, disapa pun adem-ayem.
Dan, ternyata diri ini belum setegar karang. Saat tahu, ternyata ada kubu-kubu di sekeliling, kesedihan itu semakin mendalam. Sampai menguras ruang pikir dan menyesakkan dada. Sampai tercetus, ingin segera mengadu dan curhat, tapi kepada siapa?
Astaghfirullah, bukankah ada Allah, Sang Maha Menyembuhkan segala gundah? Allah yang selalu mendengar keluh kesah dan tak pernah mengecewakan? Astaghfirullah, ampuni hamba yang sempat melupakan-Mu. Padahal, diri ini selalu mendengungkan, sekecil apa pun masalahmu, adukan kepada Allah, seremeh apa pun kebutuhanmu, mintalah kepada Allah, sebelum minta kepada manusia. Karena Allah jua lah yang akan menggerakkan hati manusia untuk menolong kita.
Di saat hati sedang tidak baik-baik saja, alhamdulillaah lihat postingan yang mengingatkan dan menasihati diri agar tidak larut dalam kesedihan.
Nah, ternyata kesedihan itu salah satu godaan setan. Astaghfirullah, na'udzubillahi min dzalik. Dan, kesedihan itu mampu menguras energi kita. Hal itu benar-benar nyata. Itulah yang dialami diri ini. Padahal, tak ada gunanya kan, larut dalam kesedihan?
Sedangkan pekerjaan menumpuk dan antre untuk segera diselesaikan. Tak ada waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting dan yang hanya melemahkan semangat kita.
Wahai diri, teruslah berbuat baik, teruslah berkarya seindah mungkin, teruslah mengabdi sekuat tenaga. Abaikan aura negatif yang berkeliaran di sekitaran. Anggap saja angin lalu yang numpang lewat. Tak perlu digubris.
Mari kita dawamkan saja munajat kepada Allah, doa yang menghilangkan sedihnya Nabi Yunus 'alaihiissalam
وَ ذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَا ضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّـقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَا دٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Anbiya: Ayat 87)
فَا سْتَجَبْنَا لَهٗ ۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْـغَمِّ ۗ وَكَذٰلِكَ نُـنْجِى الْمُؤْمِنِيْنَ
"Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman."
(QS. Al-Anbiya: Ayat 88)
Dan juga doa Nabi Adam 'alaihiissalam ketika harus meninggalkan surga yang penuh dengan kenikmatan.
قَا لَا رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ اَنْفُسَنَا وَاِ نْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
"Keduanya berkata, Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi."
(QS. Al-A'raf: Ayat 23)
No comments:
Post a Comment