Bagai disambar geledek, saat tahu bahwa ibadah haji tahun itu (2020) ditunda karena pandemi covid-19. Lemas, sedih. 12 tahun saya menunggu, ternyata belum bisa berangkat juga.
Di saat segala sesuatunya sudah siap, ternyata Allah berkehendak lain. Siapa yang tidak sedih? Ibadah haji adalah impian saya dan hampir semua umat Islam. Selain itu, biaya yang sudah saya keluarkan juga tidak sedikit; untuk MCU, manasik haji, imunisasi meningitis, dll. Bahkan, saya pun sudah tes kesehatan fisik. Saat itu, kami, jamaah haji 2020, sudah benar-benar siap untuk berangkat, secara fisik dan psikis.
Ibadah yang sudah kami nanti-nantikan, yang sudah kami siapkan dengan sebaik-baiknya, yang sudah kami pelajari caranya sedetail-detailnya, tiba-tiba dibatalkan?
***
Setiap kita mungkin pernah merasakan kecewa, sedih, tidak terima dengan takdir yang Allah tentukan, bahkan marah. Mengapa Allah timpakan musibah ini kepada kita? Mengapa Allah tidak mengabulkan keinginan kita? Apa dosa kita?
Begitulah kira-kira respon kita saat Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan. Saat Allah menguji kita dengan sesuatu yang jauh dari ekspektasi kita. Salahkah? Tidak juga. Manusiawi, kok, kalau kita kecewa, kesal, dan juga sedih. Asalkan tidak berlebih-lebihan, InsyaaAllah tidak masalah. Rasulullah ﷺ pun pernah sedih ketika putra beliau meninggal dunia. Beliau pun sempat menitikkan air mata. Wajar dan sangat manusiawi.
Yang tidak wajar itu, kalau kita sampai menangis meraung-raung, bahkan sambil mengeluarkan sumpah serapah, menggugat keadilan Allah. Na'udzubillahi min dzalik.
Segala sesuatu yang menimpa kita, adalah atas kehendak Allah. Apa pun yang Allah berikan kepada kita, harus kita yakini bahwa itulah yang terbaik untuk kita. Walaupun hal itu sesuatu yang menyakitkan, sesuatu yang sangat tidak kita inginkan dan kita benci. Tetapi, Allah mempunyai rencana tersendiri, yang tidak kita ketahui. Allah hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kita.
Oleh karena itu, apa pun yang terjadi, ucapkan alhamdulillaah. Alhamdulillaahi rabbal'aalamiin atau alhamdulillaahilladzii bini'matihi tathimussolihaat bila kita dikaruniai sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan hati. Alhamdulillah 'alaa kulli haal, bila Allah memberikan sesuatu yang tidak kita sukai. Apa pun yang Allah berikan, harus disyukuri, selalu syukuri, dan tetap syukuri.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ». وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ».
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat hal yang ia sukai, beliau mengucapkan ‘ALHAMDULILLAHILLADZI BI NI’MATIHI TATIMMUSH SHOOLIHAAT’ (artinya: segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna). Lalu apabila mendapati hal yang ia tidak suka, beliau mengucapkan ‘ALHAMDU LILLAHI ‘ALA KULLI HAAL’ (artinya: segala puji bagi Allah untuk segala keadaan).’” (HR. Ibnu Majah, no. 3803. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
(Sumber https://rumaysho.com/23679-tafsir-surat-al-fatihah-ayat-2-memahami-alhamdulillah.html)
Mengapa kita harus tetap bersyukur walaupun yang kita alami adalah sesuatu yang tidak menyenangkan? Bukankah seharusnya kita bersabar?
Ya, benar sekali. Ketika mendapatkan nikmat kita bersyukur, saat mendapatkan musibah kita bersabar. Itu pun merupakan sabda Rasulullah ﷺ juga. Namun, ternyata ada rumus kehidupan lain yang bisa membuat kita lebih bahagia, yaitu bersyukur saat mendapatkan sesuatu yang mengecewakan.
Mengapa justru bersyukur? Karena dengan bersyukur, Allah akan semakin menambah nikmat-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim: Ayat 7)
Jangan pernah mengeluh dengan apa yang kita daptakan. Kalau kita mengeluh, berarti kita belum ikhlas menerima takdir Allah. Ibaratnya, kita protes kepada Allah. Padahal Allah pasti punya rencana yang terbaik untuk kita. Allah pasti selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, apalagi kepada hamba yang selalu taat kepada-Nya.
Dan, itulah yang saya dapatkan. Nikmat yang jauuuuuh lebih banyak ketika saya ikhlas dengan segala ketentuan Allah. Akhirnya, saya bisa pergi haji pada tahun 2022, tahun diizinkannya calon jamaah haji dari luar Arab Saudi untuk menunaikan kewajibannya setelah pandemi. Tak henti-hentinya saya bersyukur. Banyak sekali kenikmatan yang Allah berikan kepada jamaah haji tahun 2024. Di tahun itu, petama kalinya jamaah haji Indonesia diberi makanan tiga kali sehari, sebelumnya hanya dua kali sehari. Pada tahun itu juga, pertama kalinya menu makanan yang diberikan menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia, seperti rendang dan ayam geprek.
Tak hanya itu. Pada tahun itu pula, bus yang melayani dari hotel ke Masjidil Haram menggunakan armada yang baru sehingga membuat jamaah lebih nyaman. Selain itu, karena jumlah jamaah masih dibatasi hanya 50 % dari kuota normal, menyebabkan tidak berjubel saat di bus dan ketika thawaf. Benar-benar nyaman karena tidak terlalu berdesak-desakkan.
Kenikmatan lainnya adalah, disediakannya kasur dan bantal saat di Arafah. MaasyaaAllah tabarakallah, benar-benar kenikmatan yang tiada taranya. Betapa skenario Allah lah yang terbaik. Kami gagal berangkat pada tahun 2020, karena akan mendapatkan pelayanan yang sangat istimewa. Alhamdulillahilladzii bini’matihi tatimushsholihat.
“Selalu bersyukur dan husnudzon dengan semua rencana Allah, maka Bahagia akan menjadi milik kita. InsyaaAllah.”
***
#Tulisan untuk antologi bersama Ahmad Rifa'i Rif'an
No comments:
Post a Comment