Monday, March 18, 2024

Thawaf Wada

Rabu, 20-7-2022

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Kalimat klise ini selalu mewakili hampir pada semua fase kehidupan manusia. Saat kita sekolah, bertemu dengan teman-teman baru, yang nantinya akan berpisah saat kita lulus. Begitu pun saat kuliah maupun bekerja. 


Sebulan sudah, kami meninggalkan tanah air untuk melaksanakan ibadah haji di Makkah. Tak terasa, hari itu,  kami harus berpisah dengan Ka'bah dan Masjidil Haram. Tak terasa, sore itu, kami harus melakukan Thawaf Wada, thawaf perpisahan. Rasanya, baru kemarin kami datang ke sini untuk pertama kalinya. Melihat Ka'bah yang agung. Berthawaf di malam hari dalam keadaan lelah -seharusnya- tapi kami tetap semangat dan mengabaikan segala kelelahan perjalanan dari Madinah ke Makkah.


Malam itu, salah satu malam ajaib, selain sebelumnya di Madinah, saya pun merasa takjub dan hampir tidak bisa memercayai bahwa diri ini bisa berada di Masjid Nabawi, shalat di dalamnya, di tempat dulu Rasulullah juga shalat di sana. Lalu berziarah ke makam Rasulullah, menangis sesenggukan karena dada penuh dengan kerinduan kepada Sang Habibana, manusia agung dan suci. Manusia yang belum pernah kami lihat tapi cintanya begitu besar kepada umatnya. 


Malam ajaib itu adalah saat kami memasuki Masjidil Haram, dengan terus melafazkan talbiyah, pelan-pelan kami melihat warna hitamnya, lalu warna emasnya, yang semakin membuatnya agung dan anggun. Ka'bah, Baitullah. Ya, malam itu, Allah telah mengizinkan kami untuk thawaf pertama kali di sana. Seperti mimpi, rasanya. Perjalanan yang telah diimpikan sejak dua belas tahun yang lalu, akhirnya terwujud. MaasyaaAllah tabarakallah.


Namun, sore itu, Rabu, tanggal 20 Juli 2022, kami harus berpamitan, kami harus melakukan Thawaf Wada walaupun hati enggan. Putaran demi putaran terasa berat, mengingat ini untuk yang terakhir kalinya saat itu. Tetapi, ya Allah, semoga Engkau izinkan kami untuk kembali thawaf di sana, lari-lari kecil, sa'i, dan juga merasakan kembali Armuzna pada haji Akbar seperti tahun itu. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻


Qadarullah juga, sore itu saya thawaf sendirian. Benar-benar perpisahan yang memilukan. Teman single saya, Bu Widya, sedang haid, jadi hanya boleh thawaf Wada dengan melambaikan tangan dan berdoa di luar pagar masjid. Tidak boleh masuk masjid, apalagi berada di area thawaf. Lalu, pasangan Bu Dyah dan suaminya, memisahkan diri dari saya karena harus berwudhu lagi. Jadinya, saya sendirian, deh. Semakin lengkap kesedihan ini😭



Setelah selesai tujuh putaran, saya harus segera meninggalkan Masjidil Haram. Padahal, inginnya berlama-lama di sana, kalau bisa sampai besok pagi, tetapi tidak boleh. Saya harus segera kembali ke hotel. Dalam perjalanan pulang, disunnahkan untuk sesekali menoleh ke belakang ke arah Ka'bah. Saat itu, hati terasa semakin hancur, seperti akan berpisah dengan pujaan hati. Berat. Sedih. 


Ya Allah, mudahkan kami, izinkan kami untuk bisa melaksanakan ibadah umroh dan haji lagi bersama keluarga, ya Allah. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻

No comments: