Bismillah
Disampaikan oleh Ustadz Miftahul Ulun, LC. di Pesantren Amal Jama'i, Sukabumi
Sesungguhnya manusia adalah insan kebaikan.
Al Baqarah: 1..
Untuk mendapatkan surga, para Rasul menderita dan kehilangan harta dunia.
Penduduk Palestina mendapatkan surga dengan kehilangan keluarga, rumah, harta, bahkan nyawa.
Kalau ingin masuk surga, beli!
Dengan kesusahan, kemelaratan, keshalihan diri dan keluarga kita.
Syarat keluarga Perindu Surga:
1. Pertahankan keimanan seluruh keluarga, bersama-sama beribadah kepada Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَا تَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِ يْمَا نٍ اَلْحَـقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَاۤ اَلَـتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ ۗ كُلُّ امْرِیءٍ بِۢمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ
"Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya."
(QS. At-Tur: Ayat 21)
2. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
"Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Furqan: Ayat 74)
Berdasarkan ayat tersebut, agar menjadi keluarga perindu surga, maka perbaiki orang tuanya dulu, baru anak-anaknya. Karena ketika lahir, anak tidak tahu apa-apa. Orang tuanya lah yang menjadikan anaknya seperti apa. Maka orang tuanya dulu, maka anak-anak akan mengikuti.
3. Jaga keluarga kita dengan bertaqwa kepada Allah. Keluarga harus shalih agar bisa masuk surga.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."
(QS. An-Nisa': Ayat 9)
Salah satu inspirasi keluarga surga adalah keluarga Imran. Imran bukan seorang nabi, namun keluarganya menjadi teladan untuk kita semua. Mengapa? Karena anaknya dididik sejak dalam kandungan. Peran keluarga tidak bisa ditinggalkan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰۤى اٰدَمَ وَنُوْحًا وَّاٰلَ اِبْرٰهِيْمَ وَاٰ لَ عِمْرٰنَ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masa masing-masing),"
(QS. Ali 'Imran: Ayat 33)
اِذْ قَا لَتِ امْرَاَ تُ عِمْرٰنَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَـكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
"(Ingatlah), ketika istri `Imran berkata, Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
(QS. Ali 'Imran: Ayat 35)
Pesantren sudah mendidik dan membiasakan ibadah, maka di rumah, orang tua juga harus begitu.
Harusnya orang tua yang lebih ingin memiliki anak-anak shalih, bukan ustadznya.
Semua keturunan Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim menjadi nabi. Tapi ketika tidak dijaga, maka akan menjadi kafir. Mereka menjadi Yahudi dan Nasrani.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا وَّ اِبْرٰهِيْمَ وَجَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَا لْـكِتٰبَ فَمِنْهُمْ مُّهْتَدٍ ۚ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan Kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya, di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik."
(QS. Al-Hadid: 26)
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلٰۤى اٰثَا رِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَاٰ تَيْنٰهُ الْاِ نْجِيْلَ ۙ وَجَعَلْنَا فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ رَأْفَةً وَّرَحْمَةً ۗ وَرَهْبَا نِيَّةَ ٱِبْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنٰهَا عَلَيْهِمْ اِلَّا ابْتِغَآءَ رِضْوَا نِ اللّٰهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۚ فَاٰ تَيْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْهُمْ اَجْرَهُمْ ۚ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ
"Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) 'Isa putra Maryam; dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya, dan banyak di antara mereka yang fasik."
(QS. Al-Hadid: 27)