Sunday, March 28, 2021

Review "Cinta Dua Cahaya"

Judul buku: Cinta Dua Cahaya
Penulis: Ida Nur Laela
Penerbit: Wonderful Publishing
Cetakan: Pertama, 2020
Tebal buku: 283 halaman


Kehidupan rumah tangga selalu asyik untuk dibicarakan. Topiknya pun tak pernah habis untuk dibahas lagi dan lagi. Karena memang, permasalahan rumah tangga adalah sesuatu yang tak pernah ada akhirnya. Selesai satu masalah, akan muncul masalah berikutnya. Itulah kehidupan. 

Bagaimana dengan kehidupan seorang konselor rumah tangga? Apalagi kalau mereka sepasang suami istri yang selalu berhadapan dengan klien dengan seabrek masalah? Adakah mereka memiliki masalah serupa dengan para klien mereka?


Jangankan konselor. Nabi pun pernah mengalami dan merasakan masalah rumah tangga. Yaitu, saat salah seorang istri beliau cemburu dengan istri yang lain. Jadi, konflik rumah tangga bisa menimpa siapa saja, bahkan seorang konselor sekali pun. 


Kok bisa? Bukankah mereka pakarnya masalah rumah tangga? Bukankah mereka biasa menyelesaikan masalah-masalah seperti itu? Seharusnya kalau sudah terbiasa, mereka bisa menghindari agar tidak terkena masalah juga, kan? Benarkah demikian?


Seorang dokter pun pernah punya masalah dengan kesehatannya walaupun ia seorang pakar kesehatan. Pekerjaannya membantu menyembuhkan para pasien. Ia tahu sebab-musabab suatu penyakit sehingga bisa menghindar agar jangan sampai terjangkiti. Namun, dokter juga manusia biasa. Begitu pun konselor.


Buku ini menceritakan kehidupan rumah tangga Bu Ida Nur Laela bersama sang suami, Pak Cahyadi Takariawan. Beliau berdua menjadi konselor nasional RKI (Rumah Keluarga Indonesia). Hampir setiap hari, mereka kedatangan tamu yang sekadar berkunjung dan berdiskusi, atau pun yang ingin mengadukan permasalahannya dengan pasangan hidup.


Dikemas dengan bahasa yang santai dan penuh canda, sehingga membacanya pun sambil senyum-senyum membayangkan Bu Ida yang ceria. Sebaliknya, Pak Cah terbayang sebagai sosok suami yang sedikit bicara namun penuh cinta kepada istrinya. Tidak romantis, tetapi selalu mengungkapkan rasa sayangnya dengan sesuatu yang mengejutkan.

Membaca buku ini, perasaan kita seperti diaduk-aduk. Kadang geli ingin tertawa, di saat lain terharu ingin menangis, namun ada juga yang menegangkan seperti roller coaster. Dijamin, saat membaca lembar demi lembarnya, kita semakin penasaran dengan endingnya. 

Salah satu bab yang menarik bagi saya adalah cerita pernikahan beliau berdua yang masih sama-sama menyandang gelar mahasiswa. Ini sama seperti yang saya alami. Menikah saat kuliah belum selesai. Hanya bedanya, waktu itu suami saya sudah selesai kuliah dan sudah memiliki pekerjaan tetap. 

Bisa dibayangkan, bagaimana perjuangan sepasang suami istri yang sama-sama masih kuliah, sama-sama belum memiliki pekerjaan tetap, namun harus bertahan hidup. Meskipun orang tua Pak Cah bersedia menghidupi mereka, tetapi tawaran itu tidak diterima. Mereka memilih untuk berdiri di atas kaki sendiri. 

Sungguh perjuangan yang tidak mudah. Mungkin karena pengalaman hidup yang sangat luar biasa itulah, beliau berdua sukses menjadi konselor rumah tangga. Selain itu, beliau berdua juga sukses menjadi role model untuk keluarga-keluarga di Indonesia. 


Semoga Allah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada beliau berdua agar semakin banyak masyarakat yang mendapatkan kebermanfaatan dan inspirasi dari keluarga beliau. Baarakallahu fiikum Bu Ida dan Pak Cah. Jazakumullahu khairan katsira atas semua ilmu, pengalaman, wawasan, dan semua kebaikan Anda berdua.








No comments: