Sunday, March 21, 2021

Mendidik Anak Usia Pra Baligh

Bismillaah

Di dalam Islam, usia baligh adalah usia yang harus diperhatikan karena pada usia itulah seorang muslim mulai mengemban tanggung jawab utuh sebagai muslim. Usia baligh menjadi penanda bahwa seseorang sudah mukallaf, sudah dibebani dengan kewajiban ataupun syariat Islam. Oleh karena itu, agar anak kita tidak terkejut dengan adanya kewajiban-kewajiban tersebut, maka harus dibiasakan sejak pra baligh, sebelum baligh. Pendidikan seperti apakah yang harus diterapkan dalam mempersiapkan anak-anak menuju baligh?

Berikut ini pemaparan yang disampaikan oleh Ustadz Zainal Arifin, Lc. dalam kajian Tarbiyatul Aulad di Masjid Al Hidayah, Lembah Hijau. Ada beberapa poin yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anak-anak sebelum baligh.

1. Jangan memanjakan anak. Biasanya orang tua mengekspresikan rasa sayangnya terhadap anak dengan memenuhi semua kebutuhan dan keinginan anak. Hal ini akan menjadi sebuah masalah apabila orang tua sudah berlebihan dalam memberikan fasilitas. Jangan karena alasan sayang, lalu orang tua memberikan sesuatu secara berlebihan. Misalnya, memberikan gadget yang canggih, padahal anak belum membutuhkannya. Akibatnya, anak menjadi kecanduan gadget dan mulai malas belajar. Contoh lainnya adalah dengan mengizinkan anak memiliki motor dan mengendarainya, padahal belum cukup umur dan belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Hal ini tidak hanya bisa membahayakan diri sendiri, tapi juga orang lain.

2. Orang tua harus memberikan perhatian khusus kepada anaknya dalam semua sisi kehidupannya.
Biasanya orang tua hanya menanyakan hal-hal wajib yang harus dilakukan anak seperti sudah salat belum, sudah mengerjakan PR belum, sudah mandi belum, dan lain-lain. Orang tua jarang menanyakan bagaimana perasaannya hari ini, bagaimana keadaannya di sekolah apakah senang atau sebaliknya  apakah nyaman atau tidak. Kalau orang tua memerhatikan seluruh kondisi anak, tidak hanya fisik tapi juga psikis, dengan cara sering mengajak bicara dari hati ke hati, insyaa Allah akan membuat anak senang berdekatan dengan orang tuanya. Sehingga bila ada masalah, anak akan langsung curhat kepada ayah-bundanya, bukan kepada orang lain.

3. Mencium anak tidak hanya waktu masih bayi/kecil, tapi setelah dewasa pun tetap dilakukan. Hal ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, seperti dalam sabdanya ketika mengetahui bahwa ada seorang ayah yang tidak pernah mencium kesepuluh anaknya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium Hasan, putra Ali di mana saat itu ada Aqra’ ibnu Habis At Tamimi sedang duduk di samping beliau. Dia lalu berkata,

إِنَّ لِي عَشْرَةً مِنَ اْلوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَداً!

“Saya punya sepuluh orang anak dan tidak pernah satupun dari mereka yang saya cium.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memandangnya dan berkata,

مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ

’Siapa yang tidak memiliki sifat kasih sayang, niscaya tidak tidak akan memperoleh rahmat Allah.”

(Shahih) Lihat Ghayatul Maram (70-71): [Bukhari: 78-Kitab Al Adab, 18-Bab Al Walad Taqbiluhu wa Mu’anaqotuhu. Muslim: 43-Kitab Al Fadha’il, hal. 65]

No comments: