Tuesday, March 2, 2021

Menumbuhkan Karakter

Bismillah

Siang itu, dua jagoan jajan di sebuah swalayan. Mereka baru keluar dari swalayan tersebut dan berhenti di depan kotak infaq sebuah masjid.

"Ini aja, Fid," ujar si kakak sambil mengulurkan uang sepuluh ribu. Melihat itu, adiknya mengantongi kembali uang dua ribu yang tadi akan dimasukkan ke kotak infaq. 

Adegan itu diceritakan oleh seorang sahabat yang hari itu juga berbelanja di tempat yang sama. Kata beliau, dua anak itu sempat berdiskusi beberapa saat, sebelum akhirnya memasukkan uang ke kotak infaq. 

Dua anak kecil, memutuskan sendiri, tanpa ada perintah dari orang lain untuk berinfaq, adalah sesuatu yang tidak biasa. Kesadaran itu tentu tidak terjadi dengan tiba-tiba. Butuh waktu dan perjuangan dari orang tua dan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Membuat anak berprestasi dalam bidang tertentu, mungkin bisa diwujudkan dalam hitungan bulan atau tahun. Seperti yang dilakukan oleh para juara dengan mengkarantina diri dan fokus mempelajari dan berlatih dalam satu bidang tersebut.

Membentuk karakter atau akhlak seseorang, kadang perlu waktu bertahun-tahun. Itu pun harus dibiasakan dan diingatkan hampir setiap hari. Bahkan, kadang yang mendidik sudah tidak ada, karakter itu baru mulai terbentuk. Tidak beda jauh dengan dakwah yang ditempuh oleh para nabi dan rasul. 

Membiasakan akhlak yang baik, harus dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Bahkan, bisa jadi, sebelum ijab qobul diucapkan. Seorang laki-laki harus mencari calon istri yang sholihah untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak. Karena, tanaman yang baik, akan tumbuh dari bibit yang baik pula. Dari indukan yang berkualitas.

Sebagai orang tua, kita mungkin sering merasa lelah. Sudah diberitahu dan dinasihati berkali-kali, tapi kebiasaan baik itu belum melekat dalam diri anak. Hal ini yang juga sering membuat kita marah dan merasa tidak berhasil mendidik amanah dari Allah tersebut.

Padahal, kalau kita lihat sejarah. Nabi Nuh pun memiliki anak yang tidak mau taat dan patuh kepadanya dan kepada Allah. Itu sekaliber nabi. Apalagi kita yang hanya manusia biasa.

Tugas kita sebagai orang tua hanya berikhtiar dan berdoa. Setelah segala daya dan upaya telah dikerahkan semaksimal mungkin, doa pun telah dilangitkan di sepertiga malam terakhir, maka tawakal adalah akhir yang manis. 

Memasrahkan segala hasil hanya kepada Allah, entah itu manis atau pun pahit. Segala sesuatu pasti sudah Allah rencanakan. Kita manusia hanya menjalani. 


No comments: