Thursday, March 25, 2021

Biarkan Ia Mencoba

Bismillah


Usianya baru sekitar lima tahun, waktu itu. Baru duduk di bangku TK. Meskipun masih balita, ia terlihat lebih dewasa dari usianya. Mungkin karena ia sudah harus menjadi seorang kakak pada usia satu tahun lebih beberapa bulan. 


Salah satu kemandiriannya adalah saat menyiapkan kado untuk temannya. Ia tak mau dibantu untuk membungkus kado. Ia berusaha sendiri melipat kertas kado hingga membungkus rapat hadiahnya. Menggunting sendiri solatip untuk merekatkan kertas. Sedikit pun tak keluar kata-kata minta tolong atau mengeluh kesulitan. Semua dikerjakan dengan senang hati.


Hasilnya?
Memang tak serapi hasil pekerjaan orang dewasa. Tetapi, untuk ukuran anak balita, hasil karyanya sudah sangat luar biasa. Usaha dan kerja kerasnya sungguh pantas mendapatkan apresiasi. Tak mudah mengeluh, walaupun ia merasa kesulitan.


Mungkin ada yang berpandangan, kok ibunya tega sekali. Membiarkan anak kesulitan dan kesusahan. Apa nggak malu, bungkus kadonya nggak rapi? 


Mungkin saya bukan ibu yang baik. Tidak bisa memanjakan anak dan memfasilitasi semua keperluan dan kebutuhannya. Apalagi dengan lima anak yang jarak kelahirannya saling berdekatan. Kerepotan membuat saya harus tega membiarkan anak-anak mengerjakan sendiri keperluannya. 


Hasil ketegaan itu, mulai terasa sekarang. Mereka tumbuh menjadi anak yang cukup mandiri. Sejak kelas 1 sudah terbiasa menyiapkan keperluan sekolah mereka sendiri. Menyiapkan buku, baju seragam, dan perlengkapan lainnya. 

Di rumah, mereka pun terbiasa membantu pekerjaan rumah. Bahkan bisa dikatakan terampil. Si bungsu, sejak balita sudah biasa menyapu lantai dan merapikan barang-barang di rumah. Kakaknya, sejak usia kurang lebih 10 tahun, sudah bisa memasak nasi goreng, menanak nasi, dan memasak yang mudah lainnya, seperti menggoreng telur dan memasak mie instan.

Saya tidak tahu, apakah tindakan saya ini benar atau salah. Tetapi saya pernah membaca artikel yang ditulis oleh Bu Elly Risman, seorang pakar parenting, bahwa jangan memperlakukan anak seperti raja. Saya lupa redaksi persisnya. Yang jelas, beliau pun menganjurkan orang tua untuk melatih anak mandiri. Karena tidak selamanya orang tua akan membersamai mereka.


Anak yang selalu dimanja, otomatis akan terus bergantung kepada orang tua. Bila orang tua tidak ada atau meninggal dunia, dia akan kebingungan dan tidak tahu harus bagaimana. Bahkan untuk urusan pribadinya sekali pun. 


Maka, membiarkan anak memilih sendiri baju mana yang akan dipakai, makanan apa yang akan diambil, hobi apa yang akan ditekuninya, merupakan sedikit cara untuk melatih kemandirian. Orang tua tinggal mengarahkan agar tidak menyalahi aturan agama maupun masyarakat.


Semoga dengan pola asuh seperti itu, anak-anak menjadi pribadi mandiri yang tangguh dan tidak mudah putus asa. Menjadi muslim kuat kebanggaan orang tua dan umat Islam. Aamiin yaa rabbal'aalamiin.

No comments: