Tuesday, July 23, 2024

Review "Rindu"

Judul buku: Rindu
Penulis: Tere Liye
Penerbit:
Cetakan:
ISBN:
Tebal buku:



Bismillah



Novel ini bukan yang terbaru, tetapi saya baru berkesempatan untuk membacanya sekarang. Sebenarnya sudah lama sekali ingin membacanya. Alhamdulillaah, akhirnya kesampaian juga. 


Novel ini termasuk novel religi, menurut saya. Banyak nasihat agama yang akan kita temui di dalamnya. Selain itu, mengapa religi, karena cerita yang diangkat tentang perjalanan menunaikan ibadah haji dengan kapal laut, dengan latar belakang tahun 1930-an. Perjalanan yang panjang dan lama karena memerlukan waktu 9 bulan. MaasyaaAllah.



Banyak tokoh yang disorot dalam "Rindu" ini. Ada tokoh anak-anak seperti Anna dan Elsa,  tokoh pemuda seperti Om Kelasi, juga tokoh agama yang dihormati oleh seluruh penghuni kapal, Tuan Gurutta Ahmad Karaeng. Yang akan dimintai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para penumpang kapal. 



Ada empat pertanyaan besar yang dibawa dalam kapal itu. Pertanyaan yang ternyata mengganggu dan sempat membuat ragu sang empunya. Ragu, akankah ibadah haji mereka akan diterima Allah atau tidak. Ragu akan takdir yang telah ditetapkan kepada mereka.



Walau agak berat pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi suasana terasa lebih cair dan ringan dengan kehadiran Anna dan Elsa yang selalu riang gembira, walaupun ada kalanya bertengkar juga. 



Selain pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban, perjalanan itu juga mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Misalnya saja saat mereka berlabuh di Surabaya. Ketika beberapa penumpang turun untuk berbelanja di salah satu pasar di Surabaya, ternyata ada serangan para pejuang yang menargetkan para tentara Belanda. Kejadian ini sempat merisaukan Daeng Andipati, ayah Anna, karena Anna sempat hilang.


Belum lagi ditambah masalah kerusakan mesin yang menyebabkan kapal harus mematikan mesinnya. Karena mesin kapal mati, maka mereka terpaksa terombang-ambing di lautan dan menunggu bantuan datang dari kapal di belakangnya yang menuju tujuan yang sama.



Alhamdulillah, matinya mesin akhirnya bisa diatasi. Ini berkat si Om Kelasi yang memang dari kecil sudah hidup di laut dan sudah punya jam berlayar yang tinggi.



Bahaya lainnya adalah saat kapal tersebut diserang oleh segerombolan bajak laut yang menyamar sebagai nelayan yang kecelakaan dan membutuhkan bantuan. Setelah dibantu dan dinaikkan ke atas kapal, ternyata mereka malah menyerang dan menguasai kapal yang penumpangnya lebih dari seribu. 



Sedangkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di antaranya berasal dari guru mengaji. Ya, saat berlayar itu, anak-anak yang ikut dalam perjalanan tersebut tetap mendapatkan kesempatan belajar. Di pagi hari, mereka sekolah dan belajar bahasa Belanda, ilmu sosial, ilmu alam, dan matematika. Di sore hari, mereka belajar mengaji. 



Pertanyaan juga muncul dari Daeng Andipati, seorang tokoh Makassar yang berpengaruh sehingga sering dimintai pendapat oleh penumpang yang lain dan kapten kapal. Dialah ayah Anna dan Elsa. Orang yang dari luarnya terlihat bahagia dan sempurna. Kaya, memiliki istri yang cantik, dan anak-anak yang sehat dan cerdas. Namun ternyata, dia pun menyimpan masalah yang tidak kecil. 



Pertanyaan lainnya justru muncul dari Sang Gurutta, sang ulama yang menjadi rujukan semua orang di kapal tersebut. Dia yang mempunyai kenangan pahit karena kehilangan orang-orang yang dicintainya, selalu berusaha menghindar kontak fisik dengan penjajah. Dia lebih suka berjuang secara damai, yaitu melalui tulisan. Melalui buku-buku yang ditulisnya. 



Bagaimanakah pertanyaan-pertanyaan itu terjawab? Bagaimanakah mereka mengatasi mesin yang mati dan para bajak laut? 
Temukan di novel "Rindu". Salah satu karya terbaik Tere Liye yang telah membuat saya terharu biru.





No comments: