Pandemi memang banyak menyebabkan perubahan. Bahkan mengharuskan. Ya, seperti pembelajaran yang harus menjadi online, termasuk juga kajian, seminar, workshop, meeting, semua harus online. Bahkan bekerja pun kalau bisa online semua. Kecuali bagian produksi dan distribusi. Nggak mungkin online, kan?
Saya pun mengalami dampaknya. Namun, alhamdulillaah, pandemi memberikan banyak hikmah kepada saya. Salah satunya, saya mendapatkan banyak kesempatan belajar gratis atau dengan biaya murah, karena dilaksanakan secara, lagi-lagi, online.
Salah satu kelas yang saya ikuti saat pandemi mulai menyapa bumi adalah Kelas Jejak Cinta Ananda. Sebuah kelas menulis yang diselenggarakan dan diajar langsung oleh Bu Ida Nur Laila. Dan, itulah awal saya mengenal beliau, lalu belajar banyak hal dari beliau, dan, hingga saat ini, menjadi murid beliau.
Sekarang, saya masih menjadi murid beliau dalam belajar bisnis. Terutama bisnis buku SDI (Sygma Daya Insani). Sebuah penerbit yang konsisten menerbitkan buku-buku Islam, terutama tentang siroh Nabi. Ada banyak judul yang telah diterbitkan SDI. Di antaranya Rasulullah Teladan Utama (Ratu), 64 Sahabat Teladan Utama (64 STU), Kisah 24 Nabi dan Rasul (K24NR), Buku Pintar Iman Islam (BPII), Muhammad Teladan Sepanjang Zaman (Mumtasz), dan lain-lain.
Di dalam bisnis ini, kami diajarkan bahwa, kami tidak sekadar berjualan buku, tetapi kami ingin menebarkan siroh ke seluruh penjuru Nusantara. Kami ingin, seluruh generasi muslim Indonesia, mengenal Nabi-nya dengan baik. Sehingga, diharapkan, mereka pun nantinya akan meneladani akhlak beliau.
Oleh karena itu, kami pun tidak hanya berjualan, tetapi juga menggalang wakaf buku. Buku-buku tersebut, nantinya akan diserahkan kepada lembaga pendidikan seperti TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an), Rumah Tahfidz, Taman Baca Masyarakat (TBM), dan juga sekolah-sekolah yang berkenan menerima buku wakaf tersebut.
Sedangkan kami, para SLC (Sygma Learning Consultant), juga didorong untuk mendirikan rumah baca. Ada dua jenis rumah baca yang diselenggarakan oleh para SLC, yaitu TBM dan Pojok Baca. TBM mempunyai target untuk bisa menjaring banyak pembaca sehingga juga idealnya memiliki banyak koleksi buku. Sedangkan Pojok Baca, ruang lingkupnya lebih kecil. Oleh karenanya, buku yang disediakan pun tidak terlalu banyak.
Saya pribadi, sudah lama sekali ingin membuka perpustakaan di rumah. Dulu, pernah sempat akan terwujud. Bahkan, spanduknya pun sudah diberi. Tetapi, ternyata Allah belum mengizinkan. Padahal, buku-buku koleksi keluarga sudah lumayan banyak karena kami sekeluarga memang suka membaca. Jadi, ada buku anak-anak, remaja, maupun dewasa. Semua ada, insyaallah.
Nah, sebenarnya, kami sudah punya modal. Tinggal action. Tapi ya itu, izin dari paksu belum terbit, jadi harus lebih bersabar. Cita-citanya sih, selain membuka perpustakaan, saya juga ingin membentuk komunitas literasi. Di sana nanti, harapannya akan muncul penulis-penulis andal, dan akan tumbuh generasi yang cinta membaca.
Semoga segera terwujud, aamiin.