Sunday, March 27, 2022

Review "De Winst"


Bismillah


Setelah membaca De Conspiracao, saya tertarik untuk membaca De Winst. Karena apa? Karena judulnya 🤭. Ya, terus terang, saya penasaran dengan judulnya yang saya tidak tahu artinya. Setelah membaca, ternyata, oh ternyata. Ternyata ini merupakan buku kesatu dari tetraloginya Mba Afifah Afra. Buku ketiganya sudah saya baca, yaitu De Conspiracao.


Buku ini diawali dengan perjalanan Rangga pulang ke Indonesia, setelah hampir 10 tahun menuntut ilmu di negeri Belanda. Di perjalanan yang menggunakan kapal laut itu, Rangga bertemu dan berkenalan dengan seorang noni Belanda, Everdine Kareen Spinoza, seorang sarjana hukum. Sedangkan Rangga, seorang sarjana ekonomi, yang menjadi lulusan terbaik di angkatannya.


Sesampainya di Indonesia, di rumahnya di Solo, Rangga bekerja di pabrik gula De Winst. Di pabrik tersebut, ayahanda Rangga menanam saham juga sehingga Rangga pun langsung menduduki jabatan yang lumayan tinggi, di bawah direktur.



Tak lama setelah Rangga bekerja di sana, ternyata ada pergantian direktur karena direkturnya mulai pensiun dan akan kembali ke Belanda. Lagi-lagi, kejutan terjadi. Direktur baru De Winst adalah suami Everdine. Sedangkan Rangga mencintai Everdine, begitu pun sebaliknya. 


Konflik pun mulai terjadi antara Rangga dan atasannya. Awalnya memang karena perbedaan pendapat di dalam pekerjaan mereka. Namun, ternyata atasannya yang merupakan suami Everdine tersebut, merasa terancam dengan keberadaan Rangga, baik sebagai direktur maupun sebagai suami Everdine. Karena meski sudah menikah, mereka belum menjalankan peran sebagai suami istri yang sebenarnya. Everdine terpaksa menikah dengannya karena suatu hal. Dan, di dalam hati noni tersebut hanya ada Rangga.


Novel ini tidak melulu bercerita tentang kisah asmara tokoh-tokohnya, tetapi juga sepak terjang mereka dalam perjuangan menuju Indonesia merdeka. Rangga mulai bergerak dalam hal memajukan kesejahteraan warga pribumi yang selama ini hanya menjadi budak penjajah. 


Di sisi lain, Everdine juga sangat perhatian dengan nasib pribumi yang sangat jauh dari sejahtera. Meskipun dia bagian dari bangsa penjajah, tetapi hatinya ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dia sering memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. 


Selain kedua tokoh tersebut, ada juga Kresna, seorang pemuda yang tampan dan baik hati. Yang sempat membuat Everdine hampir jatuh cinta kepadanya. Kresna berjuang dengan mendirikan sekolah untuk masyarakat tidak mampu bersama Pratiwi.


Ada juga Sekar dan Jatmiko, yang berjuang melalui tulisan-tulisan mereka yang dimuat di pekabaran (koran). 


Satu demi satu, tokoh-tokoh itu ditangkap dan diasingkan karena dianggap membahayakan pemerintah Hindia Belanda saat itu. Pertama Jatmiko, lalu Sekar, dan terakhir Rangga. Saat itulah Everdine membuktikan perjuangannya dengan membela Rangga di pengadilan sebagai pengacaranya. 


Ke manakah mereka dibuang? 



No comments: