Kampanye telah usai. Namun, cerita di baliknya, tak pernah henti dikisahkan, dari mulut ke mulut, dari sang pelaku sejarah kepada sang penonton. Tak juga membosankan, malah semakin larut dalam ketakjuban dan kekaguman.
Dengan tagline perubahan, semua orang tergerak hatinya untuk memenuhi JIS (Jakarta International Stadium) yang dibangun pada masa Pak Anies menjadi gubernur DKI Jakarta. Dibangun oleh anak-anak bangsa Indonesia, yang dididik di Indonesia. 100% made in Indonesia, tanpa campur tangan pihak asing.
Hari itu, Sabtu, 10 Februari 2024, hari terakhir kampanye. Maka, digelarlah kampanye akbar di JIS. Yang datang, tidak hanya warga Jakarta, namun perwakilan dari seluruh Indonesia. Mereka yang menginginkan perubahan, datang dengan biaya sendiri, tanpa dibayar. Bahkan, makan dan minum pun bawa sendiri. Tak ada subsidi dari siapa pun, apalagi dari pemerintah. Semua ikhlas, demi terwujudnya perubahan di negeri tercinta ini. Perubahan ke arah yang lebih baik, Indonesia Emas.
Salah satu peserta kampanye akbar itu adalah sahabat sekaligus saudara saya, Bu Risma. Seorang guru di sekolah yang sama dengan saya mengajar. Beliau sangat bersemangat untuk hadir. Sedangkan saya sendiri, tidak dapat surat izin dari suami. Meski begitu, alhamdulillaah ada Nisa yang berangkat mewakili kami.
Bu Risma sudah janjian dengan teman-temannya untuk berangkat bersama. Qadarullah beliau ketinggalan rombongan. Akhirnya diantar oleh suami tercinta, tetapi hanya sampai Sunter. Sampai di sana, mobil sudah tidak bisa bergerak maju. Terpaksa, Bu Risma jalan kaki sejauh kurang lebih 5 km ke JIS. MaasyaaAllah. Tapi beliau kuat karena memang beliau sudah biasa naik gunung.
Setelah sampai di JIS, beliau pun tidak otomatis bisa masuk ke dalamnya. Ruangan sudah penuh sehingga tidak ada yang boleh masuk lagi. Kecuali panitia. Nah, saat ada panitia yang akan masuk, Bu Risma pun mencari kesempatan agar bisa ikut ke dalam. Alhamdulillaah berhasil.
Dan, dengan mudahnya beliau mendapatkan tempat duduk di tribun. Alhamdulillaah. Mungkin karena sendiri, jadi gampang.
Saat Pak Anies mulai orasi, beliau pun turun menuju lapangan tempat Pak Anies berdiri. Namun, lagi-lagi ada halangan. Area tribun dan lapangan dipisahkan oleh pagar yang cukup tinggi. Tak kehilangan akal, beliau pun coba menaiki pagar tersebut dan lompat ke lapangan. MaasyaaAllah, benar-benar superwoman.
Atas jerih payahnya itu, beliau bisa berdiri di pinggir panggung dan berhasil bersalaman dengan Pak Anies. Padahal bukan mahram, ya. Mungkin saking excited -nya, dan saat Pak Anies mengulurkan tangan, beliau spontan bersalaman. Beliau pun bisa memoto Pak Anies dari dekat. Benar-benar pejuang perubahan yang luar biasa.
Ini hanya secuil cerita yang tersampaikan ke saya. Banyak cerita heroik yang pastinya terukir dan menjadi saksi sejarah akan betapa kuatnya keinginan masyarakat untuk sebuah perubahan.
Kini, penghitungan suara sedang dilakukan. Apa pun hasilnya, itulah yang terbaik. Karena semuanya terjadi, tentunya atas kehendak Allah. Manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa. Allah jualah yang menentukan. Semoga Allah memberikan kita pemimpin yang shalih, bertaqwa kepada Allah, adil, amanah, dan mencintai rakyatnya, seperti Pak Anies. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻.
No comments:
Post a Comment