Bismillah
Tak terasa, hampir setahun bersama anak-anak 6 Asma. Besok, mereka sudah graduation dan meninggalkan AHIS untuk melanjutkan ke jenjang SMP. Memang, ada beberapa yang akan melanjutkan ke SMP AHIS, jadi kemungkinan untuk bertemu lagi masih ada. Walaupun begitu, tetap saja, kemarin merupakan hari terakhir mereka di 6 Asma. Tak dapat dielakkan, uraian air mata menjadi saksi hari terakhir kebersamaan kami.
Sudah menjadi kebiasaan saya, setiap akhir tahun, saya berusaha muhasabah diri, introspeksi diri tentang kinerja saya selama mengajar dan menjadi wali kelas. Biasanya, saya meminta anak-anak untuk mengungkapkan apa yang tidak mereka sukai dari diri saya.
Tahun ini, ada lima kelas 6, tapi yang sempat saya mintai pendapatnya hanya tiga kelas. Yang dua kelas tidak mendapatkan waktu karena harus menyelesaikan materi yang akan diujikan untuk USP (ujian satuan pendidikan).
Dari ketiga kelas tersebut, alhamdulillaah, pandangan mereka terhadap diri saya tidak terlalu buruk. Tidak banyak nilai yang negatif. Ini berbeda dari tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya. Atau, mereka yang tidak terlalu memperhatikan saya🤔
Beberapa kritikan dari mereka adalah, bahwa tulisan saya di papan tulis kurang besar, sehingga yang duduk di barisan belakang kesulitan membacanya. Yang kedua, kalau mengajar, saya terlalu serius dan kata-kata yang saya gunakan terlalu baku. Tetapi dari beberapa siswa yang lain mengatakan bahwa saya lumayan bagus mengajarnya karena bisa bercanda dengan siswa.
Selain itu, menurut mereka, saya kalau pakai masker terlihat judes, katanya. Bisa-bisanya mereka itu. Lalu, ada juga yang mengungkapkan bahwa kalau marah, saya terlihat menyeramkan. Iya ya, siapa sih, yang kalau marah terlihat cantik. Tidak ada, sepertinya. Berarti saya tidak boleh marah ya?
Tapi, kadang-kadang, ada saja sesuatu yang membuat kesal dan marah. Seperti waktu berenang kemarin. Bisa-bisanya mereka keramas di luar kamar mandi. Alasannya, karena shower-nya ada di luar, bukan di dalam kamar mandi. Astaghfirullah. Saat itu, saya benar-benar marah. Belum pernah rasanya, selama mengajar bisa semarah itu. Saya sampai gemetaran. Astaghfirullah. Semoga mereka tidak akan mengulangi lagi. Semoga mereka selalu istiqamah menutup aurat. Aamiin yaa rabbal'aalamiin.
Selain menanyakan pendapat mereka tentang apa yang tidak mereka sukai dari saya dan apa kekurangan saya selama mengajar, saya juga bertanya kepada mereka tentang guru favorit mereka itu yang seperti apa. Saya tidak menanyakan siapa, tapi seperti apa. Tapi ya, ada saja yang menyebutkan nama.
Menurut mereka, guru favorit mereka itu adalah yang
- seru- asyik
- suka bercanda
- bisa diajak ngobrol
- datang ke kelas tidak langsung menyuruh buka buku, tapi ada apersepsi dulu, seperti bercerita
- mengajarnya bertahap, tidak langsung yang sulit, diulang dulu dari pelajaran sebelumnya, atau kelas sebelumnya
- sering bermain game
- catatannya sedikit, ringkas, padat, dan jelas.
Oiya, terkait dengan pelajaran bahasa Indonesia yang saya ampu, mereka tidak suka kalau saya memberikan
- teks bacaan yang panjang
- menyuruh untuk berpikir tentang sesuatu yang sulit
- datang ke kelas on time.
Yah, Nak, kalau yang seperti itu ya, sulit dihindari. Namanya bahasa Indonesia ya, harus membaca teks yang panjang. Kalau pendek, ya, untuk kelas 1. Kalian kan, sudah kelas 6. Ini sih, biasanya anak laki-laki. Kalau siswa perempuan, banyak di antara mereka yang sudah terbiasa membaca novel, jadi tidak terlalu masalah dengan bacaan yang panjang. Alhamdulillaah.
Termasuk berpikir hal-hal yang menurut mereka sulit, belum tentu juga. Saya sudah berusaha menyesuaikan dengan kemampuan mereka. Buktinya, setiap ulangan harian, banyak juga yang mendapatkan nilai bagus. Tetapi memang salah satu karakter Gen Z, tidak mau berpikir susah. Maunya yang enak-enak saja. Daya juangnya kurang, tidak seperti generasi sebelumnya.
Lalu, tentang datang ke kelas on time, itu ya, sudah menjadi kewajiban seorang guru. Kalau terlambat, itu justru suatu kesalahan. Namanya korupsi waktu. Maka, kita harus menghindarinya. Berusaha untuk selalu on time ketika masuk kelas, dan on time juga ketika keluar kelas agar guru yang akan mengajar berikutnya, tidak terlalu lama menunggu di luar kelas.
Itulah muhasabah tahun ini. Semoga ke depannya saya bisa lebih baik dalam mengajar dan mendidik para siswa dan juga anak-anak saya sendiri. Semoga Allah mudahkan saya untuk bisa menjadi motivator dan inspirator kebaikan untuk siswa dan semua orang yang ada di sekitar saya. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻