Bismillah
Berawal dari keinginan untuk bisa membaca di KBM App (Komunitas Bisa Menulis), tetapi koin emas tidak punya, akhirnya saya cari novel gratis. Dari sekian banyak novel yang tersedia, saya tertarik dengan judul "Di Ujung Rindu" karya Wina Rahmania.
Kebanyakan judul di KBM itu tentang pernikahan dan rumah tangga. Makanya, ketika membaca judul ini, saya berharap ceritanya di luar tema yang sudah sangat biasa tersebut. Dan, alhamdulillaah, dugaan saya benar. Meskipun, ujung-ujungnya menikah juga. Mungkin memang begitu ending dari setiap kisah asmara.
Novel ini merupakan kelanjutan dari novel sebelumnya yang berjudul "Rivat dan Rania". Oleh karenanya, tokoh utamanya pun Rivat dan Rania. Mereka bersekolah di sekolah yang sama, hanya berbeda satu tahun. Rivat kelas 12, Rania kelas 11.
Karena tidak ingin membuat Rania sedih, Rivat terpaksa harus melarikan diri ke London. Di sana dia kuliah dan menjadi dokter. Setelah enam tahun tinggal di sana tanpa pernah pulang ke Indonesia, akhirnya dia harus pulang karena omanya sakit.
Kesempatan itu ia gunakan untuk sekadar mencari tahu tentang Rania. Ternyata, Rania sudah enam tahun koma karena kecelakaan. Rivat yang tadinya berniat kembali ke London, jadi membatalkan rencananya tersebut. Dia pun dengan setia menjaga dan merawat Rania.
Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Rivat tetap setia menunggu Rania bangun dari tidur panjangnya. Di saat penantian itulah Rivat menikahi Rania yang sedang koma.
Hari yang dinantikan pun tiba. Rania bangun dari tidur panjangnya. Namun, dia menderita amnesia. Ingatannya hanya sampai saat dia SMP. Saat dia menjalin hubungan dengan lelaki lain sebelum dengan Rivat. Setiap hari yang diingat hanya lelaki itu. Sedangkan Rivat dia panggil Om.
Dengan sabar dan telaten, Rivat merawat dan menjaga Rania, bahkan menyuapinya. Konflik pun mulai muncul saat Rania bertemu dengan lelaki masa lalunya. Hingga puncaknya, Rivat harus menceraikan Rania. Dia ingin kembali ke London, seperti niatnya dulu. Namun, kecelakaan kembali menimpa mereka berdua.
Novel ini sangat menghibur. Tidak hanya dari segi alur, terapi juga dari dialog-dialog yang kadang lucu, kadang bikin sedih juga. Jadi, saat membacanya, antara gelak tawa dan cucuran air mata bergantian.
Saya benar-benar salut. Meskipun ini novel gratis, tetapi kualitasnya super. Apalagi diselipi dengan pemahaman agama yang tidak berkesan menggurui.