Senyum selalu tersungging di bibirnya, menyapa teman-teman sekantornya. Itulah salah satu faktor yang membuatnya terkenal dan disukai hampir oleh semua karyawan kantor itu. Ditambah lagi suaranya yang merdu mendayu saat menyanyikan lagu-lagu Bollywood. Membuat setiap orang yang melihatnya tak hendak berpaling walau sedetik.
Kepopuleran Cantika bahkan sampai menembus dinding-dinding kantornya. Melesat hingga ke lantai paling atas gedung pencakar langit, tempat kantornya berada. Merambat hingga ke lorong-lorong kota. Ya, hampir seluruh penduduk kota ini mengenalnya seperti adik kandung. Bahkan tak sedikit yang ingin benar-benar menjadikannya adik atau isteri.
Tapi hari ini, wajah Cantika terlihat berkabut. Mendung seakan menutup cahaya matanya yang bening. Ini sungguh tak biasa.
"Hai Cantika," tegur Siska, salah seorang karibnya.
"Hai," jawab Cantika tanpa semangat.
"Lho, ada apa denganmu, Can. Kamu sakit?" tanya Siska sambil merapikan kerudungnya.
"Entahlah, aku ... aku tak tahu. Maaf, aku harus menyelesaikan pekerjaanku," jawabnya sambil berjalan menuju meja kerjanya yang terletak di sudut ruangan.
Siska hanya bisa memandangnya dengan seribu tanda tanya. Aneh, pikirnya.
Ternyata perubahan sikap Cantika berlangsung hingga hari-hari berikutnya. Bahkan hingga minggu berganti bulan. Dia semakin pendiam dan menarik diri dari pergaulan glamornya selama ini. Tak terdengar lagi suara emasnya di cafe tempat nongkrongnya bila pulang kerja seperti dulu. Teman-temannya mulai kehilangan. Sekarang, setiap habis waktu kerja, ia langsung buru-buru pulang. Tak dihiraukannya ajakan teman-temannya untuk nongkrong melepas lelah.
Tiga bulan sejak perubahan itu, hari ini teman-teman sekantornya mendapat kejutan. Kehebohan pun tak bisa dibendung lagi. Bagaimana tidak heboh, Cantika pakai jilbab! Ada angin apa, bisa-bisanya si bintang Bollywood pakai jilbab? Apa kata dunia? Terus, apakah dia akan menyanyi dan berjoget dengan kostum barunya itu?
Itulah bisik-bisik dan kasak-kusuk yang terdengar memenuhi atmosfer kantor. Terasa menyesakkan di dada Cantika. Namun kali ini dia menghadapinya dengan senyum. Ya, senyum itu kembali tersungging di bibirnya, setelah berbulan-bulan seperti ditelan gerhana. Yang membedakan, senyum itu kini milik seorang gadis anggun yang berjilbab rapi.
Setelah desas-desus dan kasak-kusuk itu menghilang, bukan berarti Cantika sudah bisa hidup tenang dengan keputusannya untuk menutup aurat. Cantika sadar betul dengan keputusannya ini tentu hidupnya pun tidak akan semulus dulu. Walaupun dulu sebelum berhijrah pun, hidupnya tidak 100% aman dan tentram. Apalagi kini, angin yang berhembus semakin kencang dan kadang menyakitkan.
Berkali-kali ia mencoba menjelaskan pada teman-teman dan juga atasannya, bahwa ia tak bisa lagi seperti dulu. Namun ajakan dan godaan untuk menanggalkan hijabnya, sungguh luar biasa. Mereka tidak hanya sekadar berkata-kata, bahkan iming-iming harta dan juga fasilitas mewah, tak luput dalam rayuan mereka.
Seperti sore itu, saat ia berkemas untuk pulang, bosnya kembali merayunya.
"Ayolah, say, kita nyanyi lagi seperti dulu. Aku juga ingin berdansa lagi dengan kamu, Cantik. Sudah lama kan, kita tidak jalan bareng?" bujuk sang atasan sambil berusaha meraih tangan Cantika.
Reflek, Cantika berusaha menyelamatkan tangannya.
"Ma ... Maaf, Pak. Saya tidak bisa, saya harus segera pulang," jawab Cantika gugup.
"Alaaah, kan masih sore? Biasanya juga kita pulang jam 12 kan? Ayolah, aku akan naikkan jabatanmu dan juga gajimu kalau kau mau jalan denganku. Malam ini, saja," desak sang bos tak menyerah.
Mendengar rayuan itu, pertahanan Cantika mulai mengendor. Sudah lama ia memimpikan untuk bisa naik pangkat, paling tidak gaji. Meski dia terkenal dan disukai banyak orang, bukan berarti gajinya besar. Yah, berapa sih, gaji seorang tenaga administrasi yang hanya lulusan SMA?
"Mau, ya? Ini, sebagai DP nya, aku berikan cek ini. Mulai besok pagi, gajimu naik 100%! Bagaimana?" serang si bos semakin gencar melihat diamnya Cantika. Dia seperti bisa membaca pikiran gadis di depannya yang sedang bimbang.
"Mmm ... Besar sekali, Pak?" gumam Cantika melihat angka yang tertera di atas cek yang sudah ada di genggamannya.
"Itu belum seberapa. Setelah kita jalan, dan kuantar kau pulang, aku tambah lagi dengan uang cash. Atau kau mau shopping? Apa pun yang kau mau. Kau boleh pilih sesuka hatimu. Deal?" jelas si bos dengan senyum penuh kemenangan.
"Tapi, hanya malam ini saja kan, Pak?" tanya Cantika dengan hati yang masih penuh dengan pergolakan batin antara menerima atau menolak. Dirinya benar-benar seperti makan buah simalakama. Di satu sisi ia ingin konsisten dengan jalan yang baru dipilihnya, di sisi lain ia juga butuh materi. Ya Allah, tolong saya, batinnya menangis.
"Iya, sekali ini saja. Cukuplah buat kenang-kenangan. Anggap saja ini pentas terakhirmu. Ok? Ayo kita berangkat. Teman-temanmu sudah menunggu di cafe langganan kita," ajak sang bos sambil menggandeng tangan Cantika. Cantika yang masih galau tidak sadar tangannya telah digandeng dan menurut saja saat diajak masuk ke mobil si bos yang sudah parkir di depan lobi gedung.
Ya Allah, tolonglah aku. Haruskah aku menyanyi dan berdansa lagi? Rintih hati Cantika gerimis dilanda kebingungan. Apa yang harus kulakukan? Aku malu. Pantaskah gadis berjilbab menyanyi di cafe, berbaur dengan banyak lelaki yang bukan mahram? Astaghfirullah, aku harus menghentikan ini. Aku harus bisa menolak.
Ketika mobil mulai minggir dan akan masuk ke area parkir cafe, Cantika seperti orang yang baru sadar dari pingsannya. "Stop!" teriaknya histeris.
Karena kaget, kaki si bos langsung menginjak rem sehingga menimbulkan bunyi nyaring.
"Ada apa sayang? Kau baik-baik saja, kan?" tanya si bos bingung.
"Maaf Pak, saya harus pulang. Saya tidak bisa menemani Bapak. Ini ceknya saya kembalikan," ujar Cantika sambil menyerahkan cek. Segera ia keluar dari mobil sebelum berubah pikiran.
"Hei, mau ke mana kamu? Dasar gadis tak tahu diuntung!" Teriak si bos dengan murah merah padam karena marah dan malu. Ia benar-benar merasa terhina dengan sikap Cantika barusan. Seumur-umur, tak ada karyawan yang berani membantah perintahnya. Tapi Cantika tidak hanya membantah. Gadis itu telah merusak harga dirinya. Memalukan!
Sejak hari itu, Cantika tak terlihat lagi di kantornya. Teman-temannya sibuk mencari informasi tentang keberadaannya. Akhirnya Siska yang berhasil mengetahui keberadaan sang mantan bintang Bollywood itu. Kini, Cantika tinggal di sebuah pesantren tahfidz. Di sana ia membantu memasak sambil belajar menghafal Al-Qur'an. Azamnya sudah kuat, hijrah total dari masa lalunya yang jahiliah. Ia ingin menebus dosa-dosanya dengan mengabdi di pesantren.
#Tantangan RC ODOP 2