Bismillah
Sesuai dengan judulnya, buku yang ditulis oleh Muhammad Ali ini menceritakan sepak terjang para panglima Islam yang gagah berani dalam menaklukkan negeri-negeri di benua Eropa, Afrika, dan Asia. Ada 20 panglima yang dikisahkan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ke-20 panglima itu berasal dari beberapa sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam, dan juga tabi'in maupun tabi'in tabi'in.
Dari kalangan sahabat, ada Hudzaifah bin Yaman, yang dikenal sebagai pemegang rahasia Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Selebihnya adalah dari kalangan tabi'in dan tabi'in tabi'in. Di antara mereka ada yang sudah sangat kita kenal perjuangannya seperti Shalahuddin Al Ayyubi, Thariq bin Ziyad, dan Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel.
Selain nama-nama yang sudah sangat akrab di telinga itu, selebihnya memang hampir belum pernah kita kenal. Namun demikian, kiprah mereka pun tidak kalah hebatnya dengan para panglima di atas. Sebut saja Abdurrahman Ad Dakhil yang mendapat julukan sebagai Elang Quraisy. Menurut Al Manshur, salah seorang khalifah Daulah Abbasiyah, Abdurrahman mampu meloloskan diri dari mata tombak dan pedang, menerobos padang pasir, mengarungi lautan hingga memasuki negeri asing seorang diri, lalu mendirikan sejumlah kota, menggalang banyak pasukan, mencatat syair-syair, dan mendirikan sebuah kerajaan besar setelah sebelumnya lenyap berkat kemampuannya dalam mengatur dan keteguhan harga diri. (hal. 305)
Membaca buku ini, pada awalnya kita akan merasa ngeri membayangkan medan perang yang menjadi latar belakang kisah ini. Seakan-akan, tiada hari yang terlewati tanpa peperangan dan pertumpahan darah. Kalau kita baca sekilas, rasanya benar apa yang diucapkan oleh musuh-musuh Islam, bahwa Islam disebarkan melalui pertumpahan darah. Namun, setelah kita telaah dan tekuni buku ini, akan timbul kesadaran dalam diri, bahwa apa yang mereka katakan itu sungguh tidak bisa dibenarkan. Islam adalah agama rahmatan lil 'aalamiin. Menjadi rahmat tidak hanya bagi pemeluknya, tetapi juga untuk seluruh umat dan alam semesta.
Karena, peperangan yang terjadi, merupakan jihad yang tujuannya tidak berhubungan dengan keinginan untuk merampas atau mengeksploitasi bangsa lain serta mendapatkan kedudukan untuk mendominasi manusia lain atau menindas bangsa lain. Tujuan jihad adalah semata-mata untuk menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga Islam sebagai agama yang membawa kebaikan pada setiap manusia bisa dirasakan oleh siapa pun tanpa ada yang menghalanginya. (hal. xviii)
Maka, penaklukan yang dilakukan oleh para panglima ini, benar-benar berbeda dengan yang dilakukan oleh kaum penjajah. Perbedaan yang sangat jelas bisa dilihat dari niat mereka. Para panglima ini berjihad dengan mengorbankan jiwa raga mereka demi mensyiarkan agama Islam, dengan mengharap ridho Allah, dan juga syahid. Jadi, meskipun mereka memiliki strategi perang yang sangat luar biasa, dan pasukan yang berani mati, mereka tidak pernah lupa untuk berdoa kepada Allah. Sebelum memulai setiap penaklukan, entah itu yang dilakukan dengan cara damai maupun dengan terpaksa harus menumpahkan darah, munajat kepada Allah tak pernah ditinggalkan. Mereka yakin, sehebat apapun persiapan yang telah dilakukan, tak akan berhasil tanpa pertolongan Allah.
Perbedaan yang kedua, para panglima ini hanya memerangi prajurit musuh yang jelas-jelas memerangi mereka. Mereka tidak menyakiti orang tua, perempuan, dan anak-anak. Bahkan setelah mereka dijadikan tawanan pun, tetap diperlakukan dengan baik. Setelah para panglima menguasai negeri yang mereka taklukkan, mereka pun mulai membangun negeri tersebut. Mereka mendirikan masjid, madrasah dan bangunan-bangunan penunjang lainnya, untuk mensejahterakan rakyat. Mereka sangat peduli dan santun kepada rakyat yang dipimpinnya. Tidak berlaku sewenang-wenang.
Perbedaan berikutnya, terletak pada pribadi para panglima. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang selalu taat beribadah dan selalu shalat tepat pada waktunya. Seperti Sultan Muhammad Al Fatih yang sejak usia baligh tidak pernah meninggalkan shalat tahajud. Selain itu, mereka memiliki kemampuan tidak hanya dalam hal strategi perang, tapi juga dalam administrasi negara. Seperti halnya Sang Nabi yang menjadi pemimpin di setiap lini kehidupan, dari menjadi imam shalat hingga panglima perang, begitu pula para panglima ini. Bahkan Shalahuddin Al Ayyubi dikenal juga sebagai seorang dokter yang bisa mengobati.
Masya Allah, barakallahu fiikum. Berkat mereka, Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. Hingga hari ini, pemeluknya semakin bertambah, meskipun tidak ada lagi penaklukan. Kini, dengan media massa maupun media sosial, Islam semakin terbukti sebagai rahmatan lil 'aalamiin. Terima kasih para panglima pahlawan Islam, semoga Allah menempatkan kalian di surga-Nya, aamiin.