Hari ini saya mau coba sharing terkait TRIK AGAR BUKU LARIS WALAU TIDAK BEST SELLER
Menarik enggak ya?? 🥺
PERTAMA: JUDUL
Saya pernah ikut kelas menulis dari salah satu penulis terkenal. Beliau bilang gini,
“penulis pemula, kalau ingin cepat naik namanya, buatlah judul yang menggemparkan
masyarakat.”
Nah, dari sana terlihat bahwa beliau sangat memerhatikan yang namanya judul ketika membuat buku.
Kenapa harus judul? Karena ini yang menjadi daya tarik awal pembeli sebelum melihat isinya. Memang ada istilah don’t judge by the cover.
Tapi ‘kan tidak semua orang
berpikir seperti itu. Banyak pula orang-orang di luar sana yang berpikiran kalau mau beli buku,
lihat judulnya dulu, menarik atau tidak. Kalau menarik mereka beli. Kalau tidak menarik,
mereka tidak jadi beli.
Nah, kita jangan abaikan tipe orang seperti ini. Jadi, judul wajib
dipikirkan baik-baik.
KENAPA SAYA BAHAS JUDUL?
Karena saya merasakan sekali dengan buku terbaru saya yang 17 Agustus kemarin terbit.
Bukunya berjudul “Menjadi Umat Islam Abad 21.”
Menurut saya, dari kelima buku saya yang sudah terbit, buku ini salah dua yang laris penjualannya ketika saya promosi sendirian.
Awalnya judulnya bukan ini, tapi “Aku ingin Berislam Seutuhnya.” Tapi editor saya waktu
itu−Mas Bimo dari Penerbit M&C−mengajarkan saya untuk membuat judul yang provokatif.
Judul yang kalau dibaca bisa mendorong orang langsung bertanya-tanya apa isi bukunya dan kenapa judulnya seperti itu. Akhirnya terciptalah judul buku “Menjadi Umat Islam Abad
21.”
Alhamdulillah, beberapa waktu lalu saya mendapat kabar dari editor bahwa buku MENJADI UMAT ISLAM ABAD 21 ini bisa bersaing dengan buku-buku yang sudah ada di pasar.
Walau saya belum melihat
penjualannya di toko buku sudah berapa eksemplar (karena belum lama terbit), tapi bagi saya yang menjualnya sendiri
tanpa promosi iklan di media sosial, penjualannya cukup baik, yaitu lebih dari seratus eksemplar.
Mungkin bagi sebagian orang jumlah itu sedikit, tapi bagi saya yang tidak pandai berjualan, itu
angka yang fantastis ketika berjuang sendirian untuk menjual buku. Jadi, jangan sampai
sepelekan judul.
KEDUA: BAHAN PROMOSI #1
Bahan promosi yang pertama adalah DESAIN. Memang tak
dipungkiri, penulis itu
dituntut untuk belajar ilmu marketing dan copywriting.
Karena kalau buku terbit, tugas
selanjutnya adalah menjual bukunya agar banyak orang yang membaca dan menerima manfaat
dari apa yang sudah kita tulis.
Nah, yang namanya promosi, pasti tidak lepas dari yang namanya desain.
Penulis harus
belajar desain, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau. Penerbit itu menerbitkan banyak
buku.
Mereka tidak selalu mempromosikan buku kita. Jadi, penulis harus sadar bahwa besar
kecilnya penjualan buku sangat tergantung bagaimana penulis memasarkan bukunya dengan
baik. Salah satunya desain.
Kenapa harus desain? Salah satu sistem kerja otak adalah otak lebih menyukai gambar daripada suara dan tulisan. Ketika manusia hanya mendengar atau membaca tulisan
saja, tiga hari kemudian apa yang didengar dan dibacanya hanya teringat 10%.
Tapi ketika manusia melihat gambar yang eye catching, tiga hari kemudian manusia akan mengingat apa yang dilihatnya sebanyak 65%. Jadi, penting banget membuat desain promosi yang eye
catching.
Desain yang ketika dilirik, orang-orang langsung kepo dengan isi desainnya.
Penulis bisa gunakan aplikasi-aplikasi pendukung seperti Canva dan kawan-kawannya.
Kalau saya selama ini memakai Corel Draw dan Photoshop untuk mendesain bahan promosi.
Karena rata-rata, desain sekarang ini lebih sering menggunakan desain vektor ketimbang
gambar asli (rata-rata ya)
Karena lebih berwarna dan bisa lebih menarik mata. Itu pun salah satu sistem kerja otak lainnya, otak itu lebih suka sesuatu yang berwarna ketimbang hitam putih saja.
Jadi, pastikan desain promosi buku kamu penuh warna sewajarnya, tampilannya menarik, sehingga ketika ditampilkan di media sosial, orang-orang tidak langsung geser atau scroll status kamu.
Tapi intip dan baca dulu apa yang kamu posting. Karena banyak ‘kan orang-orang yang kalau buka status, hanya geser-geser tanpa membaca isi status orang. Nah, kita
harus memikirkan orang-orang kaya gitu. Gimana caranya agar mereka mau membaca status
kita di media sosial, salah satu caranya adalah dengan desain yang eye catching.
KETIGA: BAHAN PROMOSI #2
Bahan promosi selanjutnya adalah why.
Maksudnya, kamu harus menuliskan “kenapa
orang-orang harus membeli buku kamu.” Judul buku itu ‘kan rata-rata sifatnya umum.
Banyak pula judul buku yang ketika dibaca, kita belum tergambar apa isi bukunya.
Sehingga,
selain perlu blurb, perlu juga penjelasan buku tersebut untuk siapa saja dan kenapa orang-orang
harus beli buku tersebut.
Jadi kalau promosi buku itu jangan hanya posting gambar, kemudian caption-nya,
“yuk yang mau beli buku saya silahkan DM ya.”
Orang-orang mana tertarik kalau
marketingnya kaya gitu. Bahasanya kurang nendang.
Kamu harus sampaikan dalam promosi,
alasan apa orang-orang harus, kudu, dan wajib beli buku kamu.
Apa yang akan kamu
sampaikan, itu akan jadi pertimbangan mereka ingin membeli buku kita atau tidak.
Mereka
akan berpikir, “oh isi bukunya tentang itu, wah kayanya menarik.”
KEEMPAT: MENGULANG
Satu lagi cara kinerja otak adalah dengan mengulang. Makanya banyak sekali ustaz
yang selalu bilang, Al-Qur’an itu tidak perlu dihafal.
Kamu cukup baca berulang-ulang nanti akan hafal dengan sendirinya. Begitu pun dengan guru-guru yang selalu menyarankan
siswanya untuk belajar setiap hari walau sebentar. Jangan hanya ketika ujian saja
Karena memang sistem kerja otak seperti itu, caranya dengan mengulang.
Begitu pun dengan promosi buku. Kita harus terus mengulang apa yang kita
promosikan.
Agar otak calon pembaca akan terdistraksi dengan judul buku kita.
Agar judul
buku kita terngiang-ngiang di kepala mereka.
Sehingga, ketika yang awalnya mereka hanya
mengabaikan posting-an kita, akhirnya mereka akan melirik, “ih, kenapa sih ini orang posting
sesuatu yang sama terus setiap hari.”
Akhirnya dia akan penasaran dengan sendirinya. Semakin
sering diulang, calon pembaca akan semakin ingat dengan karya kita. Sekalipun belum bisa
membeli, setidaknya mereka sudah tahu kalau kita ini penulis dan kita ini punya karya dengan judul A.
Nanti, siapa
tahu, kalau mereka ada rezeki, mereka akan langsung menghubungi kita.
KELIMA: PASTIKAN ORANG TERDEKAT BELI
Kenapa harus orang terdekat? Karena itu target termudah. Mereka kenal kita, tahu
siapa kita, tahu perjalanan kita, perjuangan kita, dan sebagainya.
Bagus atau tidak, menarik
atau tidak, mereka pasti ada rasa tidak enak kalau tidak membelinya.
Jadi, tawarkan saja secara
personal ke mereka. Semoga ada jalan yan lapang ke depannya.
Ketika mereka sudah beli, jangan dibuang gitu saja.
Minta satu permohonan ke mereka,
“Kalau sudah baca minta testimoninya ya.”
Minta mereka testimoni, sampaikan via chat, video, postingan di media sosial lebih bagus. Kalau sudah, kamu jadikan itu bahan promosi.
Kamu bisa jadikan ini sebagai
bahan untuk menerapkan plan keempat. Jadi, apa yang kamu posting bahannya tidak itu-itu
terus. Tapi ada variasi. Salah satunya adalah testimoni dari orang-orang. Testimoni jugalah
yang bisa meyakinkan orang-orang untuk beli buku kita.
Jadi, kalau ada kenalan beli buku kita, jangan diabaikan setelah membeli, tapi langsung minta testimoni kalau sudah selesai membaca.
KEENAM: POSTING SETIAP ADA YANG BELI
Kalau saya, setiap ada yang beli buku saya secara langsung, pasti bukunya saya tanda
tangani, setelah itu saya beri quotes motivasi sedikit. Biasanya mereka request maunya quotes tentang apa.
Kemudian saya foto dan posting di media sosial. Itu sebagai tanda, selama promosi ada yang beli buku kita.
Agar orang-orang tahu,
bahwa buku kita ini bagus, bermanfaat, laris, dan patut kamu beli.
Tahu dari mana? Ini buktinya
sudah banyak yang beli dari status kamu yang selalu posting tanda tangan kamu setiap ada
yang beli buku.
Sepele, tapi menurut saya ini berhasil. Bahkan setiap orang yang ingin beli buku saya, selalu request, “Kak Mahes jangan lupa kasih quotes juga.”
Mungkin mereka penasaran, kalau mereka yang beli, saya akan kasih quotes seperti apa
untuk mereka.
Akhirnya jadi ciri khas tersendiri bagi saya. Ketika menandatangani buku ada quotes yang ingin saya sampaikan ke pembaca.
Kalau Mas Ahmad Rifa’i Rif’an selalu menuliskan kata “Semoga Berkah” dalam buku yang ditandatanganinya.
PLAN TERAKHIR: TARIK ORANG
Kalau kamu susah cari pembeli, coba tarik penulis. Penulis itu ‘kan pasti selalu menuntut dirinya untuk membaca setiap harinya.
Mereka pasti selalu menyisakan uang jajannya untuk membeli buku, ikut kelas nulis, dan sebagainya.
Nah, coba kamu bisa incar
mereka. Misalnya, buka kelas nulis gratis, cari komunitas dan tawarkan diri jadi pemateri, atau adakan bedah buku online. Isilah kelas nulis itu sesuai dengan kemampuan
kamu. Dan isilah bedah buku online semaksimal mungkin.
Anggap saja sebagai pengabdian. Sebelum mengisi kelas, pasti kamu memperkenalkan
diri dulu bukan?
Nah, di sana kamu bisa mempromosikan karya kamu secara tidak langsung.
Kalau judulnya menarik, peserta pasti ada yang tertarik untuk membelinya.
Selain itu, kamu bisa bedah buku online. Bahkan ini lebih enak daripada offline. Karena
jangkauan audiens-nya lebih banyak daripada offline. Manfaatkan itu untuk promosi. Semoga
dengan itu ada beberapa yang melirik karya kamu
Satu hal yang pasti, jatuh bangun dalam dunia kepenulisan itu wajar.
Ada masa di mana
buku kita laris.
Ada masa buku kita tidak laku.
Tapi jangan pernah berhenti berharap bahwa, di masa depan nanti akan ada waktu spesial yang Tuhan berikan kepada kita, yaitu buku kita Nasional Best Seller. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Sekalipun belum bisa best seller, sekalipun yang beli sedikit, ingat ... siapa tahu yang sedikit itulah yang berubah karena tulisan kita
Terima kasih
Saya kembalikan ke moderator