Naskah Khutbah Wukuf di Arafah
KH. Sona'i Abdurrahman, Lc.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ اْلبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْناً ، وَأَشْهَدُ اَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ جَعَلَ حَجَّ اْلبَيْتَ مِنَ الشَّرِيْعَةِ رُكْناً وَصَرَّفَ وُجُوْهَنَا اِلىَ قِبْلَتِهِ فَكَانَ ذَالِكَ مِنْ نِعْمَةِ اْلعُظْمىَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرَ مَنْ طَافَ بِاْلبَيْتِ اْلعَتِيْقِ ذَاكِرًا أًسْمَآءَ رَبِّهِ اْلحُسْنىَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْباَعِهِ اِلىَ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ ، أَمَّا بَعْدُ : فَيَآ اَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَهِيَ نِعْمَةُ الْعُدَّةِ لِيَوْمِ اْلمِيْعَادِ .
Para tamu Allah, jamaah haji yang dirahmati Allah, Kaum muslimin walmuslimat dhuyuufullah wa dhuyuufurrohmaan…!
Pada hari yang penuh rahmat dan maghfiroh ini, marilah kita panjatkan Puja dan puji dengan penuh rasa syukur yang setulusnya kepada Allah SWT. Yang telah menjadikan hari arofah ini sebagai hari yang teramat mulia. Pada hari ini Allah mengabulkan semua pinta dan do’a hamba-hambanya yang memanjatkan do’a kepadaNya. Sholawat dan salam semoga terlimpah bagi Nabi besar kita Muhammad Saw. Yang telah menyampaikan risalahnya dari Allah SWT untuk umatnya sehingga mengantarkan umatnya ke jalan yang terang yang diridhohi Allah SWT.
Saudara-saudaraku yang sedang berada di tanah suci, tanah Arafah, tanah yang diimpi-impikan oleh berjuta bahkan bermilyar umat Islam di seluruh dunia.
Siang ini kita ditakdirkan oleh Allah berkumpul di tempat yang mulia ini, tempat dimana setiap do’a pasti akan dikabulkan, siapapun yang bertaubat diantara kita, Allah pasti menerimanya dan mengampuni dosa-dosa kita, sebanyak apapun dosa-dosa itu melumuri tubuh kita.
Di tanah ini pula, saat ini hadirin hadirat sekalian, Allah membanggakan kita, hamba-hamba-Nya, dihadapan jama’ah para malaikat.
“Hamba-hamba-ku datang kepada-ku dengan rambut kusut masai dari setiap sudut negeri yang jauh. Wahai hamba-hamba-Ku, berpencarlah kalian dari arafah dengan (membawa) ampunan-ku atas kalian semua.”
Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
مَا مِنْ يَـوْمٍ أَكْثَرٌ مِنْ اَنْ يَعْـتَقِ اللهَ فِيْهِ عَبْـدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَـرَفَةٍ
“Tiada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-hamba-Nya dari neraka (melebihi) hari Arafah.” (HR. Muslim dari Aisyah RA).
Kelebihan dan keistimewaan kita? Marilah kita menengok sejenak diri kita ini. Kita hanyalah seonggok tulang berbalut daging yang terus membungkus aib dan ma’shiyat di sepanjang hari yang telah kita jalani.
Tidak usahlah kita membayangkan yang jauh-jauh sekedar membaca Al-Fatihah pun kita belum fasih. Shalat kerap tidak khusyu’, membaca Qur’an hanya di ujung lidah. Berzikir tidak sampai menyentuh hati bahkan ketika sujud pun, kita jarang ingat kepada Allah. Entah mengapa kita dipilih menjadi orang yang bisa bersimpuh di tanah Arafah ini? Mengapa wahai Saudaraku?
Semoga siapapun yang dihadirkan di padang ini tidak terbesit sedikitpun dihatinya kebanggaan, sehingga merasa diri lebih baik dari yang lain. Berhajinya kita bukan merupakan jaminan bahwa kita lebih baik dari saudara-saudara kita di tanah air. Sungguh malu dan sangat malu jika kita merenungi kehormatan dan kemuliaan ibadah haji ini dengan kualitas diri kita yang sangat jauh dari kepantasan kualitas diri kita yang sangat jauh dari kepantasan kualitas seorang hamba yang shalih.
Bahkan semua ini bisa menjadi “hutang” yang harus kita bayar dan kita pertanggung-jawabkan. Siapa tahu kita berada di tanah suci saat ini justru berkat doa orang-orang yang shalih yang memintakan ampunan untuk jenis manusia yang berlumuran dosa seperti kita ini. Boleh jadi ampunan yang mereka mohonkan untuk kita itulah yang kemudian mengantarkan kita berada di tanah suci ini.
Saudara–saudaraku, kaum muslimin dan muslimat Rohimakumullah.
Padang Arafah hari ini seolah-olah tampil sebagai miniatur padang Mahsyar, dimana manusia berkumpul di hadapan kebesaran Allah SWT semuanya bertanggung jawab atas perbuatan dan kelakuannya masing-masing. Pangkat, jabatan dan harta kekayaan yang selama ini kita kejar ternyata tidak bisa menyelamatkan kita, bahkan keluarga terdekat kita selama ini yang kita manjakan ternyata juga tidak bisa berbuat apa-apa, untuk membantu kita pada hari itu. Malah tidak jarang semua itu menjadi alasan dan penyebab untuk menyiksa kita. Di Padang Arafah ini, kita pun telah menanggalkan atribut sosial kita, semua jabatan dan pangkat kita lepaskan pada hari ini. Yang melekat di badan kita hanyalah dua lembar kain putih. Kondisi seperti ini mengingatkan kita pada alam Barjah. Di alam Barjah nanti kita hanya ditemani kain kafan yang membungkus kita. Karena itu tiada yang kita harapkan dari Wuquf kita saat ini.
Tiada yang kita harapkan dari Wuquf kita saat ini, juga ibadah haji kita secara keseluruhan kecuali terampuninya dosa-dosa kita dan terhapusnya kesalahan-kesalahan kita yang sudah melumuri sekujur “tubuh” kita, sebab kita sadar betul apalah artinya hidup dengan lumuran aib dan dosa yang melekat di tubuh ini.
Dosa telah membuat manusia harus kehilangan keberkahan dalam hidupnya, juga keberkahan dalam rizki, harta dan apa saja yang dimilikinya akibatnya manusia kehilangan ketenangan juga kebahagiaan justru di tengah–tengah genangan materi yang mengitarinya.
Dosa telah membuat manusia kehilangan hati nuraninya, sehingga mereka berbuat, berbicara, mendengar dan melihat bukan lagi karena dorongan hati nurani, melainkan karena kepentingan hawa nafsunya.
Dosa telah membuat manusia kehilangan kepekaan terhadap sesama, nilai-nilai kasih sayang yang selama ini dijunjung-luhurkan dalam kehidupan sesama manusia telah berubah, berganti menjadi kebencian dan permusuhan bahkan pertikaian saling jatuh menjatuhkan. Kedengkian pun akhirnya menjadi penyakit epidemik, senang melihat yang lain susah dan susah melihat yang lainnya senang.
Dosa telah membutakan mata hati manusia, sehingga mereka tidak lagi bisa membedakan antara yang benar dan salah, haram dan halal, haq dan batil. Akibatnya mereka kehilangan rasa bersalah saat berbuat salah, tiada beban saat berbuat dhalim kepada sesama, bahkan banyak diantara mereka bisa merasakan nikmatnya makanan hasil mencuri, sembari membanggakan kepada orang lain.
Dosa telah membuat manusia kehilangan rasa takut kepada Allah, juga kepada balasan buruk di akhirat kelak. Mereka juga kehilangan rasa cinta kepada Allah juga kepada kebaikan. Saat rasa takut kepada Allah menghilang maka akan hadirlah rasa takut kehilangan dunia, dan ketika rasa cinta kepada Allah pun tergadaikan maka akan muncullah rasa cinta terhadap dunia.
Dosa telah menggiring manusia kejurang-jurang kehinaan yang membuat mereka kehilangan kemuliaan yang tersimpan dalam nilai-nilai kemanusiaan dirinya.
Para Hujjaj sekalian yang dirahmati Allah.
Masih banyak yang bisa kita sampaikan tentang akibat dari dosa ini, yang intinya adalah mewabahnya musibah demi musibah yang menimpa tidak hanya umat manusia tapi juga kemanusiaan dirinya; musibah tersebut diawali dengan merebaknya berbagai krisis, dimulai dengan krisis aqidah yang melahirkan krisis moral dan krisis-krisis yang akhirnya mendaparkan manusia pada krisis peradaban.
Dunia masa kini tak ubahnya bagai gelapnya belantara hutan di dalamnya berkumpul segala macam binatang. Binatang-binatang tersebut harus tunduk kepada hukum rimba yang sengaja diciptakan untuk melindungi kepentingan mereka yang perkasa dan berkuasa. Entah sudah berpuluh, beratus, beribu, bahkan berjuta korban telah dipersembahkan buat santapan mereka yang mengklaim, atau tepatnya memaksa dirinya, menjadi penguasa rimba belantara ini.
Allah Ta’ala berfirman :
“Telah nampak kerusakan di darat dan dilaut diakibatkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagai akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali” (Arrum : 41)
Melihat akibat-akibat dosa yang sedemikan mengenaskan lagi mencemaskan ini, sebenarnya sudah cukup bagi kita untuk mengakhirinya saat ini juga dan kita hapus.
Kelamnya masa silam dan kelabunya masa lalu dengan taubat nasuha. Kita buka lembaran hidup baru yang sarat dengan warna putih yang mencerahkan lagi menenangkan hati.
Tamu-tamu Allah yang dirahmati-Nya…!
Saat ini kita masih dikaruniai kesempatan hidup di dunia ini. Namun hidup saat ini hanyalah bermakna menjalani sisa umur belaka. Bertambah waktu bagi kita adalah satu langkah mendekati liang kubur. Entah sampai kapan Allah mengaruniakan sisa umur ini untuk kita. Boleh jadi ada diantara kita yang oleh Allah diberi kesempatan hidup bertahun-tahun lagi. Mungkin diantara kita ada yang sisa umurnya tinggal beberapa bulan ini, atau beberapa pekan ini, atau boleh jadi ada diantara kita yang oleh Allah diberi kesempatan untuk menghuni tanah haram ini sebagai tanah peristirahatan menunggu saat-saat dibangkitkan di hari kiyamat nanti.
Saudara-saudaraku sekalian yang dikasihi Allah !
Sungguh alangkah indahnya jika umur yang tersisa ini, umur yang penuh dengan kasih sayang Allah, hari-hari yang kita lalui selalu sarat dengan magfirrah dan rahmat Allah.
Alangkah indahnya jikalau di sisa umur ini kita menjadi ahli sujud, yang selalu rindu bersujud kepada Allah, alangkah beruntungnya jika lidah ini selalu basah menyebut kalimah Allah, alangkah bahagianya adaikata hari kita ini hari yang penuh keikhlasan, apapun yang kita lakukan hanya Allah saja yang kita tuju, hari-hari yang kita jalani adalah hari-hari yang bersemangat untuk memperbaiki diri agar dicintai oleh Allah, hari-hari yang tersisa menjadi hari-hari yang bersemangat untuk mempersembahkan yang terbaik untukNya, agar bisa menjadi bekal pulang.
Alangkah indahnya jikalau hari-hari yang tersisa ini menjadi hari-hari yang penuh dengan kemuliaan, penuh dengan kebaikan, kita menantikan saat kepulangan kita dengan penuh harap agar bisa wafat husnul khatimah.
Hadirin Hadirat sekalian !
Alangkah indahnya jikalau malaikat Maut menjemput kelak, tubuh kita sudah bersih dari dosa, aib-aib sudah terhapus, orang-orang yang kita sakiti sudah mau memaafkan kita, tidak ada harta haram yang melekat pada tubuh ini. Alangkah bahagianya jika malaikat menjemput kelak, tubuh kita terbasuh air wudhu, air mata kita sedang menetes merindukan Allah, lidah kita sedang lirih nan syahdu menyebut nama Allah, keringat bahkan darah kita sedang bersimbah di jalan Allah. Alangkah beruntungnya andaikata saat kepulangan nanti kita benar-benar sudah siap, bekal cukup.
Duhai alangkah bahagianya kalau di akhirat nanti kita dipanggil Allah dengan seindah-indah panggilan. Kita dipertemukan oleh-Nya dengan kekasih-kekasih-Nya tercinta, para nabi rasul, juga syuhada’ dan shalihin. Alangkah damainya jika diakhirat nanti kita bertemu denga Rasul kekasih kita Muhammad SWT, hidup bertetangga dengan beliau di surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun sebaliknya, alangkah malangnya bagi orang yang mati dalam keadaan tidak terampuni, dosa berlimpah, aib menggunung, kenistaan bagai berselimut yang membungkus.mati dalam keadaan munafik. Mati di tempat ma’shiyat (na’uudzubillah).
Wahai saudaraku, mau kemana lagi, hidup di dunia hanya mampir sebentar, bukan di sini tempat kita yang sebenarnya. Lihatlah anak-anak kecil sudah mulai hadir, merekalah yang akan menggantikan kita. Mungkin diantara kita ada yang beberapa tahun lagi, atau beberapa bulan lagi, atau ini mungkin hari terakhir kita. Bisa jadi besok kita tidak bangun lagi. Siapkah andai malam nanti malaikat Maut datang menghampiri kita? walau bagaimanapun kita harus siap, karena kita pasti akan mati. Kita sering sekali mempermainkan ampunan Allah, kita bertaubat, sesudah itu kita langgar perintah Allah, kita terjang larangan Allah.
Pada siang ini kita berkumpul disini ingin mengikrarkan sebagai manusia yang terpanggil dengan julukan manusia yang beriman, sebagai manusia baru yang telah dicelup 40 hari lamanya, sebagaimana manusia yang menyambut seruan dan panggilan Allah SWT 40 hari lamanya telah dibakar hangus dosa yang pernah kita lakukan, baik disadari ataupun tidak disadari.
Haru hati kami ya Allah pada siang ini, telah berbaur antara sedih dengan gembira. Sedih karena kami harus berpisah dengan Padang Arapah yang penuh barakah. Sedih karena mungkin kami harus mengarungi berbagai hidup yang mungkin akan ganas, khawatir kalau-kalau kami tidak kuasa menghadapinya. Kami ingat pada orang tua yang telah tiada, ingat pula pada handaitaulan, tetangga, kawan karib dan jama’ah yang telah mendahului kami, kami ingat semua.
Terbayang pada ingatan kami perilaku yang tidak senonoh yang pernah kami lakukan. Ampuni ya… Allah dosa-dosa kami. Kami tak kuasa menderita akibat panasnya api neraka, namun dibalik semua itu perasaan gembira kami meluap karena siang ini kami masih diberikan kesempatan untuk berkumpul bersama ikhwal iman, sekalipun telah banyak yang berubah.
Hadirin Kaum Muslimin Yang Berbahagia !
Betapa cepat roda perubahan mengitari kita. Di tahun lalu banyak diantara kita yang masih tampak segar bugar, namun kini telah terkulai lemah tidak berdaya. Bahkan ada pula tetangga Jama’ah Haji bersebelahan, atau Jema’ah Haji yang telah mendahului kita.
Kita tidak pernah menyadari kapan giliran itu tiba pada kita, sekalipun ajal itu datang tanpa permisi, masih juga kita beranggapan bahwa kematian hanya terjadi pada orang lain. Diantara kita ada yang masih mampu shalat berjama’ah setiap saat di tahun lalu, akan tetapi di tahun ini kemampuan fisiknya sudah menurun. Ditahun lalu ada yang masih mampu berjalan mengunjungi berbagai pengajian, namun di tahun ini sudah tidak berdaya. Bagi mereka ini kita panjatkan do’a semoga Allah memberikan tempat yang baik di Jannatun-Na’im
Hadirin Kaum Muslimin Yang Berbahagia !
Patut kita syukuri nikmat berkumpul di Padang Arafah seperti ini, yang entah berapa kali kita mengalaminya, hanya Allah yang mengetahuinya. Hati tak ingin cepat mati, namun ajal tak dapat ditolak. Alhamdulillah kita masih diberi umur panjang sampai hari ini.
Namun demikian pula patut kiranya kita resapi senandung seorang penyair yang berbunyi :
فَرَضَ عَلىَ النَّاسِ اَنْ يَتُوْبُوْا # لَكِنْ تَرْكَ الذُّنُوْبِ اَوْجَبُ
وَالصَّبْرُ فىِ النَّآئِبَاتِ صَعْبٌ # لَكِنْ فَوْتَ الثَّوَابِ اَصْعَبُ
وَالدَّهْرُ فىِ صَرْفِهِ عَجِيْبٌ # لَكِنْ غَفْلَةَ النَّاسِ اَعْجَبُ
وَكُلُّ مَا قَدْ يَجِئُ قَرِيْبٌ # لَكِنَّ اْلمَوْتَ مِنْ ذَاكَ اَقْرَبُ
Betapa nikmat manusia yang sempat taubat, œnamun lebih nikmat apabila ia luput dari ma’shiyat.
Alangkah berat menghadapi musibah, œnamun lebih pahit apabila pahala tidak tergamit.
Sungguh ajaib betapa waktu melenyap cepat, œtapi tidaklah lebih ajaib ada insan tak sadar saat.
Setiap yang akrab terasa dekat, œakan tetapi tidaklah maut lebih melekat?
Selanjutnya penyair bersenandung :
يَا مَنْ بِدُنْيَاهُ اِشْتَغَلْ # قَدْ غَرَّهُ طُوْلُ اْلأَمَلْ
أَوْ لَمْ يَزَلْ فىِ غَفْلَةٍ # حَتَّى دَنَا مِنْهُ اْلأَجَلْ
اَلْمَوْتُ يَأْتِى بَغْتَةً # وَالصَّبْرُ صَدُوْقُ اْلعَمَلْ
اِصْبِرْ عَلىَ أَهْوَالِهَا # لاَ مَوْتَ اِلاَّ بِاْلأَجَلْ
Wahai manusia yang disibukkan dunia, yang terpedaya harapan hampa.
Masih jugakah engkau lalai, sementara ajal semakin mendekat?
Kematian datang dengan sigap, kubur merupakan kurungan perbuatan.
Bersabarlah karena kehebatannya, tiada kematian tanpa ajal.
Kematian tidak diundang ataupun dicegah. Ia datang tanpa permisi, tanpa diminta, tanpa mengenal anak ataupun remaja, tak pandang tua ataupun muda. Datang atas perintah Allah SWT. Apa pula yang diungkapkan bumi yang kita injak? Anas bin Malik r.a mengatakan bahwa bumi tempat kita berpijak merasa aneh melihat perilaku manusia. Sehingga bumi mencoba menarik perhatian manusia dengan sepuluh ungkapannya yang bernada sinis :
يَا ابْنَ آدَمَ تَسْعَى عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَمَصِيْرُكَ فىِ بَطْنيِ ، وَتَعْصِي عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتُعَذَّبُ فىِ بَطْنيِ ، تَضْحَكُ عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتَبْكِيْ فىِ بَطْنِيْ ، وَتَفْرَحُ عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتَحْزَنُ فىِ بَطْنِيْ ، وَتَجْمَعُ اْلمَالَ عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتَنْدَمُ فىِ بَطْنِيْ ، وَتَأْكُلُ اْلحَرَامَ عَلىَ ظَهْرِيْ .
“wahai bani Adam ! Engkau seharian modar-mandir berusaha di atas punggungku, padahal perutku menjadi tempat kembalimu. Engkau melakukan ma’shiyat di atas punggungku, namun kelak menangis dalam perutku. Engkau bersenang-senang di atas punggungku, namun bersedih hati di dalam perutku. Engkau tumpuk-tumpuk hartamu di atas perutku, padahal kelak engkau menjadi makanan ulat dan cacing dalam perutku. Engkau pongah di atas punggungku, namun menjadi hina dalam perutku. Engkau bersuka ria di atas punggungku, namun bermuram durja kelak di dalam perutku. Engkau berpesta pora di sinar matahari, bulan dan lampu di atas punggungku, namun kelak kau masuk kegelapan dalam perutku. Engkau dapat berhimpun bersama-sama insan di atas punggungku namun kelak akan menyendiri dalam perutku”
Allahu akbar 3x Walillahilhamd !
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah !
Cukup pedas peringatan demi peringatan yang mudah-mudahan menggugah kita untuk dapat hidup seimbang. Islam tidak menghendaki kaum Muslimin melulu memikirkan kematian dan kehidupan akhirat. Islam mengatur kehidupan kita di dunia ini. Agama Islam adalah agama aturan hidup, bukan aturan mati. Diaturnya agar setiap insan hidup tertib. Untuk dapat hidup tertib diperlukan sarana fisik dan material. Bahkan Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an
“Sekiranya shalat telah ditunaikan, bertebaranlah kalian di bumi sambil mengharap karunia Allah. Dan berzikirlah sebanyak-banyaknya, semoga kalian beruntung”. (QS Al-Jumu’ah : 10).
Hadirin Jamaah Haji yang Dimuliakan Allah …!
Tatkala Rasulullah SAW usai melontar ‘Aqabah, seorang sahabat berkata, “wahai Rasulullah, saya telah bercukur namun saya belum menyembelih”. Rasulullah berkata, “lakukanlah dan tidak ada beban bagimu (tidak apa-apa)”. Sahabat yang lain berkata, “Saya baru melempar setelah sore”. Puluhan orang bertanya mengajukan cara berhaji yang termudah untuk mereka dan Rasulullah selalu menjawab, Laa Haraj. Abdullah bin Amir pernah menghitung dan tidak kurang dari 24 cara; bercukur sesudah melempar, bercukur sebelum melempar, thawaf ifadhah sebelum melempar dan lain sebagainya.
Jadi, jelas bahwa Rasulullah SAW menghendaki kemudahan dalam ibadah jasmaniah ini, suatu ajaran yang maha bijak yang perlu diteladani dan diejawantahkan dikemudian hari.
Para Jamaah Haji yang Dimuliakan Allah … !
Kita ingin lebih dalam lagi memahami makna Haji Mabrur yang menjadi dambaan setiap orang. Mabrur berasal dari kata “birrun” yang berarti “baik”. Sebab orang Arab selalu menggunakan kata “birrun” dengan arti “kebaikan”. Sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an surah ke-3 ayat 92:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (birru), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Ali ‘Imron : 92).
Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa kebajikan adalah kepedulian terhadap lingkungan sosial. Sebab semua ajaran Islam dirancang untuk memperkuat hubungan pribadi dengan Allah dan sekaligus memperkuat aspek kehidupan konsekwensinya berupa hubungan baik dengan sesama manusia.
Sedangkan dimensi haji adalah urusan dengan Allah, namun efek yang ditimbulkan darinya adalah penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan, sebagaimana termak-tub dalam pidato perpisahan Rasulullah SAW.
Sedangkan makna dari “Haji Mabrur” adalah, ibadah haji yang diterima oleh Allah. Haji yang diikuti dengan kebaikan-kebaikan. Adapun janji janji Allah kepada jamaah haji yang memperoleh kualitas mabrur tiada lain adalah Al-Jannah (surga). Sebagaimana ternukil dalam sebuah hadits :
اَلحَجُّ اْلمَبـْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَآءٌ إِلاَّ اْلجَـنَّةُ
Haji mabrur tiada balasan kecuali syurga.
Hadirin Jamah Haji Yang Berbahagia ….!
Rasulullah SAW. menyatakan bahwa tanda haji mabrur adalah amalnya setelah haji lebih baik dari pada sebelumnya :
عَمَلُهُ بَعْدَ اْلحَـجِّ خَيْرٌ مِنْ قَبْـلِهِ
Pada kesempatan lain Rasulullah SAW juga bersabda di dalam hadist Qudsi: “Jika hamba-ku mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal maka aku mendekatkan diri-Ku sehasta dan apabila ia mendekatkan diri kepada- Ku satu hasta Aku mendekatkan satu lengan dan bila ia datang kepada-Ku dengan berjalan aku datangi ia dengan berlari, Allah berfirman: barang siapa lalai dari mengingat Yang Maha Rahman maka syaitan akan menyesatkannya dan ia menjadi sahabatnya”.
Pada saat dan waktu yang hening dan sakral ini kita semua mengharap rahmat, ridha dan ampunan Allah SWT. Mudah-mudahan kita kembali ke tanah air dalam keadaan bersih dan suci bagaikan anak yang baru lahir, mendapatkan Haji Mabrur.
Ya Allah, wahai Yang Maha Mendengar, inilah kami hamba-hamba-Mu ya Karim, Hamba-Mu yang berlumur dosa bergelimang maksiat, kini memohon kepada-Mu, wahai Yang Maha Rahman, betapapun kami tidak bisa melihat-Mu, tapi bukankah Engkau sedang menatap kami. Engkau sudah tahu persis apa yang kami lakukan. Mata berumur ma’shiyat, telinga berlumur dosa. Engkau sudah mendengar seda kata yang terucap lisan ini. Engkau tahu persis setiap kebohongan kami. Engkau telah mengetahui janji yangtidak kami tepati. Rabb, Engkau pun tahu apa yang dilakukan oleh tubuh ini. Semua ma’shiyat yang pernah dilakukan telah Engkau saksikan semuanya. Malu rasanya dihadapan-Mu ya Allah, tubuh di depan-Mu ini kami kotori dengan ma’shiyat, kami lumuri dengan aib.
Ya Allah, Engkau tahu kebusukan hati kami, sering menyombongkan apa yang kau titipkan, memamer-kan, riya, hati penuh kedengkian.
Ya Allah, kami ingin merobah semuanya. Kau tahu betapa cape hidup seperti ini, betapa menderita hidup jauh dari-Mu, betapa sengsara hidup bergelimang dosa dan ma’shiyat.
Rabb, jadikan saat ini benar-benar jadi saat kau rubah diri-diri kami, dari si busuk berlumur dosa menjadi orang yang terpelihara dengan Karunia-Mu,dari hamba-Mu yang nista berlumur aib, menjadi orang yang mulia disisi-Mu, dari si malas, lalai, menjadi orang yang terpelihara dengan karunia-Mu, dari si dungu yang tiada berilmu menjadi orang yang benar-benar kau selimuti dengan ilmu-Mu, ya Allah.
Ya Allah, karuniakan kepada kami ampunan-Mu…
اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ تَوْبَةً نَصُوْحًا ، تَوْبَةً نَصُوْحًا يَا إِلَهَناَ … وَتَوْبَةً قَبْلَ اْلمَوْتِ ، وَرَاحَةً عِنْدَ اْلمَوْتِ ، وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً بَعْدَ اْلمَوْتِ ، وَالْعَفْوَ عِنْدَ اْلحِسَابِ وَاْلفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ …
Ya Allah, berikan keteguhan bagi kami ya Rabb. Jangan biarkan kami tergelincir ya Allah dalam kema’shiyatan, jangan biarkan kami jatuh oleh godaan ya Allah, jangan biarkan kami terperosok dalam nafsu yang menjerumuskan, berikan kekuatan kepada kami untuk menjaga diri ya Allah. Kami ingin selamat ya Allah…
Rabb, jangan biarkan nafsu menggelincir kami dari jalan-Mu, jangan biarkan cinta kami kepada makhluk-Mu membuat kami menghianati-Mu, jangan biarkan dunia ini menipu, menyilaukan dan memperdaya kami.
Rabb, karuniakan kepada kami indahnya hidup bersama-Mu…
Rabb, jadikan sisa umur ini menjadi orang yang benar-benar terpesona kepada-Mu, menjadi orang yang selalu merindukan-Mu, menjadi orang yang tak bisa melupakan-Mu. Jadikan hari-hari yang kami jalani hari-hari yang sibuk berbekal pulang kepada-Mu.
Selamatkan orang tua kami ya Allah, tidak berhenti kami mendoakan keduanya, darah dagingnya melekat di tubuh kami. Shalihkan yang belum shalih, muliakan yang terhinakan Islamkan yang belum Islam, pertemukan bagi yang belum bertemu dengan orang tuanya di tempat yang berkah.
Ya Allah, ampuni yang orang tuanya berlumuran dosa. Jadikan sisa umurnya menjadi orang mulia di sisi-Mu. Jadikan akhir hayatnya husnul khatimah, lindungi dari siksa kubur ya Allah, jangan….jangan biarkan teraniaya di kubur ya Allah, jadikan ahli surga-Mu ya Allah. Golongkan kami menjadi anak yang tahu balas budi, cegahlah kami dari perbuatan durhaka sekecil apapun.
Ya Allah, selamatkan hamba-hamba-Mu yang berbuat kebaikan kepada kami, juga selamatkan kaum muslimin yang pernah kami sakiti selama ini, berilah hatinya ridha dan mau memaafkan kami. Selamatkan kaum muslimin yang pernah menyakiti kami. Golongkan kami menjadi pemaaf yang tulus.
Ya Allah, lindungi kami dari sifat kikir, lindungi kami dari sifat amarah, lindungi kami darikemunafikan ya Allah.Lindungi kami dari perilaku dzalim kepada siapapun.
Ya Allah, jadikan saat ini saat kau ijabah doa-doa. Kepada siapa lagi ya Allah kami meminta? Sedangkan Engkau penggenggam jagat ini, sedangkan Engkau pemilik segala kejadian. Pada siapa lagi kami berharap selain kepada-Mu. Jamulah siapapun yang bermunajah dimanapun dengan Kau ijabah doanya ya Allah.
Ya Allah, kami ingin bisa pulang selamat, kami ingin bisa pulang selamat, kami ingin bisa pulang kepada-Mu ya Allah. Ya Allah lapangkan yang dilanda kesulitan, cukupi yang kekurangan rizki ya Allah, mudahkan yang sedang dililit kesulitan, bayarkan yang dihimpit hutang piutang, bahagiakan yang sedang dirundung kesusahan, angkat derajat yang selalu dihina direndahkan. Lindungi yang teraniaya, khususnya saudara-saudara kami di Palestina. Teguhkan iman saudara-saudara kami ya Allah. Karuniakan kesabaran, kemenangan bagi hambamu ya Allah. Kembalikan Masjidil ‘Aqsha kepada umat-Mu ya Allah. Rabb, Engkaulah penggenggam musuh-musuh-Mu ya Allah. Rabb, karuniakan kepada kami berbuat sesuatu untuk kemuliaan agama-Mu, untuk hambamu ya Allah.
Ya Allah berikan kemudahan untuk ibadah kepada kami. Karuniakan shalat yang khusyu’, hati yang ikhlas, orang yang cerdas, sehatkan lahir bathin kami. Ya Allla, sembuhkan yang sedang ditimpa sakit.
Ya Allah, bagi yang masih berpikir jahat balikkan hatinya ya Allah, bagi yang masih durhaka bukakan kalbunya ya Allah, bagi yang berlumuran ma’shiyat tuntun ke jalan-Mu, bagi yang masih kufur beri hidayah ya Allah, mereka juga hamba-hamba-Mu ya Allah.
Ya Allah, berikan kesanggupan kepada kami untuk mengajak hamba-hamba-Mu ke jalan-Mu.
Ya Allah, jadikan saat ini menjadi salah satu saat yang Engkau sukai, saat Kau beri hidayah yang masih tersesat, Kau ampuni yang berlumuran salah dosa. Kau cahaya qalbu yang gulita.
رَبَّناَ هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا .
Karuniakan pendamping yang merindukannya, pernikahan yang berkah, rumah tangga yang sakinah, keturunan yang shalih shalihah, jangan terlahir dari diri kami keturunan yang durhaka.
Ya Allah, jangan biarkan rumah tangga kami menjadi rumah tangga yang penuh bencana. Ya Allah titipkan kepada kami keturunan yang lebih baik dari pada kami di hadapan-Mu. Jangan biarkan ada anak-anak yang mencoreng aib di wajah kami. Ampuni jika kami salah mendidik mereka, ya Rabb. Ya Allah, jangan biarkan anak-anak kami menghujat kami kelak di akhirat-Mu mulia, dengan Kau masukkan kami semua bersama mereka ke dalam Surga-Mu.
Ya Allah, andaikata bala bencana yang menimpa diri kami, negri kami, karena perbuatan ma’shiyat yang kami perbuat, jadikanlah saat ini saat ampunan, ya Allah. Ampuni sebusuk apa pun diri kami, ampuni sebanyak apa pun dosa yang kami perbuat. Ampuni segala apapun masa lalu kami, ampuni segala apapun aib-aib yang kami sembunyikan selama ini.
Ya Allah, ampuni jika selama ini kami mendustakan-Mu... meremehkan keagungan-Mu..., melupakan kasih sayang-Mu.... Ampuni jika ni’mat yang Kau berikan, kami gunakan untuk berkhianat kepada-Mu. ..Ampuni jikalau kami begitu sombong kepada-Mu,.. ampuni amal-amal kami yang amat jarang ini: shalat kami yang hampir tiada khusyu’,shodaqoh kami dari sisa yang kami miliki karena kekikiran kami ya Allah...puasa yg kami lakukan hanya sekedar melaksanakan kewajiban,tanpa keikhlasan.... Ampuni kezaliman kami kepada orang tua kami. Engkau Yang Maha Mengetahui luka dihatinya. Ampuni jikalau orang tua kami menyesal melahirkan kami. Ampuni ya Allah, jikalau kami sering melukai dan melalaikannya. Ampuni jika ada orang yang terhina dan tersesat karena lisan kami, ampuni andaikata ada harta haram, makanan haram yang melekat pada tubuh kami ya Allah. Hapuskan semuanya ya Allah.
Rabb, selamatkan bangsa kami ini ya Allah, karuniakan kepada kami pemimpin yang adil,... pemimpin yang mencintai-Mu...,pemimpin yg tidak mudah mengumbar janji-janji palsu,pemimpin yg tidak menyengsarakan rakyatnya..pemimpin yg menyatukan kekuatan bangsa menuju ridho-Mu... pemimpin yg mencintai umat-Mu.
Ya Allah, muliakan agama-Mu ini. Jadikan Islah menjadi jalan keluar bagi krisis yang melanda Bangsa kami. Jangan biarkan musuh-musuh-Mu menodai dan memfitnah Dien-Mu. Kami yakin Allah, betapun mereka berusa keras ingin memadamkan Cahaya-Mu dari bumi ini, Engkau justru akan menyempurnakan Cahaya-Mu, sehingga memancarkan menerangi seluruh lorong persada alam–Mu ini, betapapun orang-orang kafir tidak menyukainya.
Ya Allah, hanya engkau pembalas segala kebaikan, lipat ganda rizki terhadap siapapun yang membantu dan menjadi jalan bagi sampainya kami di tanah haram ini. Angkat derajat mereka, muliakan hidup mereka di dunia ini, dan masukkan mereka ke dalam Surga-Mu……
اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ حَجًّا مَبْرُوْرًا ، وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا ، وَذَنْباً مَغْفُوْرًا ، وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً ، وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ ، يَا عَالِمَ مَا فىِ الصُّدُوْرِ اَخْرِجْنَا يَا اَلله مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلىَ النُّوْرِ .
Ya Allah, kami meminta kepada-Mu haji yang mabrur, sa’i yang masykur, dosa yang terampuni, perniagaan yang tiada pernah merugi. Jangan biarkan haji kami menjadi fitnah. Jadikan haji kami ini membawa keberkahan bagi keluarga, keturunan dan lingkungan kami. Jangan biarkan kami mencemari kehormatan agama-Mu dengan haji ini.
Ya Allah, undang kami kembali berhaji ke tanah suci ini bersama istri kami, keluarga kami, orang tua kami, sanak saudara kami, anak-anak dan keturunan kami, juga tetangga dan sahabat-sahabat kami, wahai Yang Maha Mendengar, Engkaulah yang menggenggam segala kejadian.
Ya Allah, hajat kami kepada-Mu begitu sangat banyak, hanya Engkaulah Yang Mengetahui seluruh hajat dan kebutuhan kami. Kami memohon kepada-Mu ya karim, sepanjang hajat dan kebutuhan kami ini baik menurutmu, dan memberi kemaslahatan dunia dan akhirat bagi kami, maka penuhilah hajad dan kebutuhan kami ini, juga hajad dan kebutuhan istri,keluarga, orang tua, dan saudara serta sahabat kami.
Ya Allah, akhirnya berilah pada kesempatan ini ni’mat, karunia dan keselamatan untuk bisa berhimpun di bawah panji nabi-Mu Muhammad SAW. Beriringan dengan kafilah para nabi-Mu dan rasul-Mu, beriringan dengan semua auliya’, syuhada’ dan shalihin, menuju surga-Mu, tempat tidak seorang tertipu, tempat tidak seorang pun bisa bersedih, tempat semua harapan berjawab, semua derita kan berakhir.
Ya Allah, tiada tempat berharap bagi kami selain kepada-Mu, tiada tempat bergantung bagi kami, selain Engkaulah tempat kembali kami. Penuhilah seluruh harapan kami ini ya Allah denga Kau ijabah seluruh pinta dan harapan kami ini. Sungguh Engkau tidak pernah mengingkari janji-janji-Mu
DaTa'22