Setahun lebih pandemi Covid-19 melanda bumi. Satu per satu, orang-orang terdekat mulai terpapar. Saya yang tadinya merasa aman, meski ada was-was juga, akhirnya ikut merasakan juga.
Berawal dari suami yang harus mengurusi Pak Kades yang ternyata positif, kami sekeluarga ikut terpapar. Saat suami dinyatakan positif, saya masih negatif. Empat hari kemudian, saya dan Mufid positif juga. Ternyata memang yang ditulari itu tidak langsung positif. Perlu waktu.
Dua hari kemudian, menyusul Nisa, Nafa, dan ibu mertua yang positif. Jadilah kami berenam sakit. Meskipun penyakitnya sama, ternyata gejala yang kami rasakan berbeda-beda.
Suami merasakan gejala yang paling berat: demam, sesak napas, pegal-pegal, batuk, pilek, dan juga pusing. Lengkap seperti pasien Covid pada umumnya. Alhamdulillaah saya hanya seperti flu, hanya ditambah lemes. Kalau Mufid seperti sakit typus. Badannya panas sekali dan merasa pegal-pegal. Setelah dua hari minum obat, alhamdulilaah langsung sehat.
Sedangkan Nafa dan Nisa merasa pusing dan demam. Setelah minum obat, alhamdulilaah demamnya langsung turun. Namun, anehnya, setelah sehari sehat, Nafa sempat demam lagi. Alhamdulillaah setelah minum obat, panasnya turun. Keesokan harinya sudah sembuh dan lincah lagi. Alhamdulillaah.
Yang paling mengkhawatirkan tentunya ibu mertua. Selain karena beliau komorbid, keadaan beliau yang stroke, agak sulit untuk mengeluarkan dahak. Alhamdulillaah dengan ikhtiar menghirup uap air panas yang direbus dengan daun sereh dan ditetesi minyak kayu putih, beliau bisa batuk. Demamnya memang agak lama turun. Tetapi karena beliau disiplin minum obat dan suami juga sangat telaten merawat, akhirnya sembuh.
Alhamdulillaah, semua ini terjadi karena kehendak Allah. Allah yang memberikan sakit, Allah jua yang menyembuhkan.