Bismillaah
Pornografi
benar-benar sudah menjadi momok dan musuh kita semua.
Dia
tidak hanya menyerang mereka yang tinggal di kota dan berlimpah harta, namun
juga menyerang mereka yang tinggal di desa, bahkan pelosok, dan tidak
berkecukupan.
Dia
tidak hanya mengintimidasi dan memenjara orang dewasa, tapi juga remaja, bahkan
anak-anak.
Apa
yang bisa kita perbuat?
Amunisi
apa yang sudah kita siapkan untuk menangkal dan membalas serangannya?
Benteng
apa yang sudah kita bangun untuk melindungi anak-anak dan remaja kita, juga
diri dan pasangan kita? (bagi yang sudah berumah tangga)
Strategi
apa yang akan kita gunakan?
Sebagai
orang tua, apalagi seorang ibu, kita, terutama saya, sangat takut dan bingung
mengahadapi ancaman pornografi ini. Membaca berita-beritanya saja sudah membuat
merinding dan susah tidur. Jangan sampai terjadi pada diri dan keluarga saya,
na’udzubillahi min dzalik. Oleh karena itu, saya harus melakukan sesuatu,
mempersiapkan diri, membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan tentang
pornografi itu sendiri.
Setelah
berkesempatan belajar dari Ibu Elly Risman (silakan baca di sini),
alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk menimba ilmu pada Bapak Hilman Al
Madani, salah satu staf Ibu Elly. Dengan Bapak Hilman ini, ilmu yang saya
peroleh lebih mendalam dan lebih ke arah praktik bagaimana dan apa yang
seharusnya dilakukan.
Menurut
Pak Hilman, ada 4 hal pokok yang harus dilakukan dalam rangka mencegah atau
mengatasi kecanduan pornografi ini, yaitu:
1. 1. membangun
kedekatan;
2. 2. mengedukasi;
3. 3. membuat
kesepakatan (aturan);
4. 4. melakukan
penanganan.
Untuk
mencegah dan mengatasi kecanduan pornografi, hal pertama yang kita lakukan
adalah membangun kedekatan dengan anak atau siswa kita. Hal ini sangat penting,
agar anak atau siswa mempercayai kita. Menurut Mark B. Kastleman dalam bukunya “TheDrug of The New Millennium”, mereka yang kecanduan pornografi adalah
orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang
dicintainya. Tidak ada kedekatan. Sehingga mereka merasa kesepian dan seperti
terputus dari dunia nyata dan lingkungan sosialnya.
Jadi,
kita harus membangun kedekatan dulu sebelum mengedukasi. Bagaimana cara
membangun kedekatan dengan anak?
Cara-caranya
adalah:
1. 1. bangun
ikatan hati, fokus pada jiwanya;
2. 2. perbaiki
komunikasi;
3. 3. terima
dan tangkap perasaannya dengan cara mendengar aktif;
4. 4. hindari
memotong pembicaraan;
5. 5. hindari
12 gaya populer (ada di materi sebelumnya);
6. 6. gunakan
klaimat positif, karena akan memicu oxytocin (zat kimia otak yang menyenangkan,
yang bekerja sebagai obat penenang alami, menurunkan tekanan darah, menumpulkan
kepekaan terhadap rasa sakit dan stress, serta membantu untuk tidur);
7. 7. maafkan;
8. 8. tutup
aibnya (bila ia sudah terpapar pornografi), jangan sampai tersebar luas;
9. 9. ingat,
bila ia berhasil untuk menjadi lebih baik, hargai!
Setelah
membangun anak merasa dekat dan nyaman dengan kita, barulah kita mulai
mengedukasi. Tujuan mengedukasi anak adalah supaya anak paham. Paham mengenai
manfaat internet dan ancamannya, dan paham akan keruskan otak dan akibatnya. Setelah
paham, diharapkan akan timbul motivasi intrinsik dalam dirinya untuk mengubah
diri sendiri, bagi yang sudah terpapar pornografi. Bagi yang belum, edukasi
sangat bermanfaat agar terhindar dan jauh dari pornografi. Jangan lupa, selalu
hadirkan Allah dalam diri anak.
Edukasi
diberikan sesuai dengan usia anak, dan sebaiknya dilakukan dengan cara privat,
bukan klasikal.
Untuk
anak usia 4-9 tahun:
1. 1. cari
waktu khusus;
2. 2. gunakan
contoh kisah dan ilustrasi;
3. 3. gunakan
media seperti gelas, kapas/tisu, dan air
Gambarkan bahwa otak kita seperti kapas,
ada banyak syaraf yang saling terhubung.
Kemudian letakkan kapas tersebut pada
sebuah gelas kosong. Setelah itu tuangkan air ke dalam gelas tersebut sampai
kapas itu tenggelam. Jelaskan kepada anak bahwa kalau kita sering melihat
pornografi, maka otak kita akan kebanjiran, seperti kapas yang ada di dalam
gelas. Kalau otak kebanjiran, apakah bisa digunakan? Tentu tidak, kan? Dan seterusnya
....
Untuk
anak usia 10-14 tahun:
1. 1. duduk
bersama;
2. 2. berbicara
dari hati ke hati;
3. 3. tanyakan
pendapatnya tentang kasus akibat penggunaan internet buruk (pornogrfi dan games)
yang banyak diberitakan media;
4. 4. tanyakan
apakah ada temannya yang suka melihat/mengakses pornografi;
5. 5. tanyakan
tentangnya, apa yang dilihatnya;
6. 6. jelaskan
tentang ‘kerusakan otak’ (misal orang tabrakan hingga otaknya rusak);
7. 7. lakukan
role-play, saat anak ditawari/tidak sengaja melihat pornografi, diskusikan, dan
beri kesempatan bertanya.
Setelah
anak paham, agar konsisten, buat dan sepakati aturan.
- Sebelum
pubertas, anak sangat butuh batasan-batasan dari orang tuanya. Tetapi, setelah
pubertas, anak cenderung untuk menguji batasan tersebut.
- Buat
batasan yang jelas (rasional, applicable);
- Tekankan
kekuatan yang dimilikinya;
- Hindari
mengkritik dan terlalu melindungi;
- Tutup
aibnya (hanya kita yang tahu);
- Kalau
salah perlu dikoreksi, bukan dijatuhkan harga dirinya;
- Ingat,
berhasil dihargai;
- Konsistensi
antar semua yang berkepentingan.
Tujuan
dibuatnya aturan adalah, agar
- Anak
mengerti petunjuk, peraturan, dan perintah orang dewasa;
- Anak
paham bagaimana melakukan hal yang benar tanpa pengawasan dan hukuman dari
orang dewasa;
- Anak
mampu menggunakan kontrol/kendali dari
dalam dirinya sendiri.
Formula
aturan:
- Ada
arahan/petunjuk;
- Kejelasan
batasan;
- Nyambung
konsekuensinya.
Perhatikan!
- Aturan
harus fokus pada hal positif;
- Aturan
harus masuk akal;
- Formulasi
kalimatnya singkat dan jelas.
Bila
anak terlanjur terpapar konten yang buruk, lakukan penanganan dengan cara:
- Handcataleptic;
- Modifikasi
perilaku (crash & tell, modifikasi akses internet/gadget, latihan jaga
pandangan);
- Face
it – replace it – connect! (Kenali kapan waktunya, di mana, apa faktor
pencetusnya, apa yang dirasakan, ganti dengan kegiatan sepadan, connecting!)
- Behavior
activation (merangkai sambungan baru di otak dengan cara mengaktifkan kegiatan
dan kebiasaan baik, perilaku apa yang perlu dimunculkan?, mengisi buku handbook
setiap hari)
Kegiatan
tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang minimal 21 hari, karena
pembentukan neuron menjadi myelin memerlukan waktu 21 hari (pembentukan
perilaku baru). Dan harus dikontrol terus.
Contoh
handbook:
KEGIATAN
|
HARI/TANGGAL
|
|
Senin/1
|
Selasa/2
|
Rabu/3
|
Kamis/4
|
Jum’at 5
|
Shalat
|
√
|
√
|
|
|
|
Sedekah
|
√
|
√
|
|
|
|
Olah raga
|
√
|
X
|
|
|
|
Bercakap2 dg anggota
keluarga
|
√
|
√
|
|
|
|
Menyapa tetangga
|
√
|
√
|
|
|
|
Berpikir untuk kegiatan esok
|
√
|
X
|
|
|
|
Berpikir dulu sebelum
bertindak
|
√
|
√
|
|
|
|
Dsb
|
√
|
√
|
|
|
|
dsb
|
√
|
√
|
|
|
|
CATATAN AKHIR PEKAN:
|
Mood
Booster --- Warrior Chemistry
- Mengatasi
adiksi dengan melakukan kontrol pikiran.
- Counter
chemical (warrior chemical) bisa mengalahkan bisikan setan.
- Warrior
chemical: kombinasi perasaan marah, cinta, kekuatan dan keinginan untuk
melindungi keluarga yang dicintai.
- Jadi,
anak harus FIGHT dalam melawan bisikan setan.
Hanya
kepada Allah kita memohon pertolongan. Semoga Allah menyelamatkan kita dari
bahaya pornografi. Aamiin ya robbal ‘alamiin.
#tantangan artikel
#onedayonepost